
RADARSEMARANG.ID, Batang – Tari Batik Gringsing yang terilhami dari kain batik corak Gringsing dinobatkan sebagai aset budaya Kabupaten Batang. Kini tarian itu telah masuk sebagai mata pelajaran kesenian di sekolah. Tari Batik Gringsing mencerminkan kearifan lokal yang bercerita tentang historis wilayah Gringsing.
Filosofinya berupa keseimbangan, kemakmuran dan kesuburan yang dilambangkan dengan corak sisik dan moto iwak. Ciri khas tari Batik Gringsing adalah diperankan lebih dari satu orang dengan iringan gending laras pelog dan tembang Gambuh Bendosari. Penari memakai busana kain Batik Gringsing dan aksesoris sanggul cepol serta alat peraga berupa canthing dan selembar kain batik.

SMPN 3 Gringsing menjadi pelopor dan mengenalkan tari ini lewat beberapa event. Seperti pada penutupan Pramuka Yudha Akmil Magelang di Pantai Jodo beberapa waktu lalu. Nuryati, salah satu pelatih menjelaskan jika tari Batik Gringsing merupakan jenis tari kontemporer. Penciptanya adalah Yoyok B Priyambodo dari Sanggar Tari Greget Semarang tahun 2016.
“Pertama kali dipentaskan pada Bintek I di hotel Sendang Sari tahun 2016 dan kemudian dilombakan untuk umum tahun 2018 di Pendopo Kabupaten Batang,” jelas Nuryati yang menjadi guru kesenian di SMPN 3 Gringsing.

Camat Gringsing Adhi Bhaskoro menyambut gembira adanya tari ini. Ia berharap guru-guru kesenian menguasai sehingga bisa mengajarkan kepada siswanya. “Dari coraknya sudah kelihatan jika masyarakat Gringsing adalah masyarakat yang aktif dan tidak mau berpangku tangan,” ujar Adhi.
Pihaknya selalu mendorong Tari Batik Gringsing agar dikenal luas sebagai bentuk pelestarian budaya Nusantara. Tokoh masyarakat Gringsing Muchamad Aghus ZN berkeinginan supaya Tari Batik Gringsing semakin dikenal sampai tingkat Nasional.
“Sudah saatnya kita mempertegas batik adalah warisan budaya asli nenek moyang yang adi luhung dan jangan sampai punah. Lewat Tari Batik Gringsing diharapkan generasi muda mencintai batik sekaligus tariannya,” tandasnya. (yan/bas)