
RADARSEMARANG.ID, Batang – Normalisasi dua sungai besar di Kabupaten Batang dianggap bisa menurunkan risiko banjir. Adalah Sungai Gabus dan Sungai Sambong. Programnya digarap Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng. Namun, normalisasi Sungai Gabus urung dilakukan, karena terkena refocusing.
“Dua sungai itu menjadi faktor utama penyebab banjir kala musim hujan. Cuma karena terkena refocusing beberapa kali, akhirnya Sungai Gabus tidak dilakukan normalisasi,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Batang Ulul Azmi.

Ia menjelaskan bahwa tahun ini ada beberapa pengerukan berskala kecil. Seperti di muara Sungai Sambong oleh Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan (DKPP). Serta normalisasi Sungai Gendingan, dalam program padat karya.
Program padat karya tersebut mempekerjakan warga sekitar untuk membersihkan aliran sungai dengan alat manual. Baik dari sampah atau lumpur.

“Program padat karya itu dilakukan oleh Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kabupaten Batang. Selain melakukan pengerukan, juga dimaksudkan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat di masa pandemi,” imbuhnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Batang Nursito menyebutkan, untuk penanganan banjir tahun ini ada dua normalisasi sungai. Yaitu Sungai Sambong di Kecamatan Batang dan Sungai Sono di Kecamatan Kandeman.
Keduanya dikerjakan oleh Pemprov Jateng. Namun pengerjaannya mendekati musim penghujan. “Normalisasi akan dilakukan sebelum Desember tahun ini,” ucapnya.
Ia tidak mengetahui secara pasti detail proyek normalisasi tersebut. Baik panjang sungai yang dinormalisasi, waktu pelaksanaan, maupun besaran anggarannya. Sementara itu, Camat Batang Siti Ghoniah menjelaskan ada delapan desa dan kelurahan di wilayahnya jadi langganan banjir. Di antaranya Kalipucang Wetan, Kalipucang Kulon, Karanganyar, Denasri Kulon, Denasri Wetan, dan Kelurahan Watesalit.
Banjir di tempat tersebut sering terjadi karena intensitas hujan yang tinggi. Saluran Sungai Gabus yang melintasinya juga menyempit, sedimentasinya parah. Sementara untuk Desa Klidang Wetan dan Klidang Lor, banjir terjadi karena saluran sungai menyempit dan masuk wilayah utara dekat dengan pantai.
“Saya mengimbau masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan. Karena sampah menyumbat saluran sungai yang mengakibatkan banjir bertambah parah,” katanya. (yan/ida)