
RADARSEMARANG.ID, Semarang – Pelatihan barista yang diadakan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Tengah diserbu 2.600 pendaftar. Namun, hanya 80 peserta terpilih yang berkesempatan mendapat pelatihan barista selama 10 hari.
Tingginya peminat pelatihan itu berbanding lurus dengan tren coffee shop yang kian menjamur. Pasalnya saat ini kopi tak hanya menjadi kebutuhan, tapi juga bagian dari lifestyle. Khusunya di kalangan anak muda dan masyarakat kelas menengah ke atas.

Kepala Disnakertrans Jateng Sakina Rosellasari mengatakan, pelatihan barista ini baru pertama kali digelar olehnya. Ia melihat perlunya adaptasi BLK menyesuaikan kebutuhan pasar. Dengan begitu para barista itu dapat menjawab tantangan zaman.
“Kalau skill meningkat dan tersertifikasi, mereka nanti juga bisa buka kedai kopi sendiri,” ujarnya kepada Jawa Pos Radar Semarang.

Kepala BLK Semarang Pri Maryati sepakat dengan hal itu. Melalui seleksi ketat, peserta mengikuti pelatihan dengan penuh antusias. Peraturan pun sangat ketat. Mereka diwajibkan melakukan karantina di asrama yang disediakan selama pelatihan berlangsung.
“Bahkan instruktur dari Solo Barista juga wajib karantina seperti peserta,” terangnya.
Tahun ini pihaknya hanya melatih dua angkatan. Masing-masing 40 peserta yang dibagi menjadi dua kelas. Angkatan pertama tuntas mengikuti pelatihan hingga uji kompetensi pada minggu lalu. Sedangkan Rabu (24/11) pelatihan angkatan kedua dibuka langsung oleh Sakina.
Saat koran ini tiba, kelas A tengah praktik membuat espresso dengan mesin kopi. Sebanyak 20 peserta dibimbing dua instruktur. Setiap dua peserta mencoba menakar bubuk kopi dalam portafilter, meratakan, menekan, lalu menyeduh dengan mesin pembuat kopi.
“Bangga banget sebagai penikmat kopi bisa dapat kesempatan belajar soal perkopian di sini,” ujar Titis Cahya Aji, salah satu peserta.
Tak kalah seru, di kelas B praktek membuat kopi dengan alat manual atau manual brew berlangsung. Peserta dibagi dua kelompok untuk praktik membuat kopi V60 dan flat bottom secara bergilir. Sebagian masih kaku dan sedikit gemetar saat menuangkan ais panas ke dalam bubuk kopi. Beberapa lainnya sudah pernah menyeduh kopi dengan cara tersebut.
Para peserta datang dari berbagai daerah di Jateng. Semua rapi mengenakan dresscode hitam putih dengan apron bertuliskan barista trainee. Setelah tuntas, mereka akan disebar ke berbagai kedai kopi untuk praktik lapangan. Kemudian mengikuti uji kompetensi untuk mendapat sertifikat barista. (taf/zal)