26 C
Semarang
Jumat, 2 Juni 2023

Pengusaha Kos-Kosan di Semarang Tertipu Bukti Transfer Palsu, Begini Modusnya

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID, Semarang – Seorang pengusaha kos diduga telah menjadi korban penipuan yang akan menyewa kamar kos. Diduga pelakunya merupakan sindikat dan modusnya juga tergolong baru. Yakni menggunakan capture transfer uang yang diduga abal-abal atau palsu alias editan.

Korban bernama Sri Rejeki, warga Jalan Sadewa, Pendrikan Semarang Tengah. Sedangkan kejadian ini dialami, Rabu (26/1/2022) siang. Meski nilai kerugian hanya jumlah jutaan, namun korban menganggap aksi kejahatan ini sangat meresahkan masyarakat.

“Hanya Rp 2,2 juta. Itu yang sudah saya kirim ke orang gak kenal. Untung yang kedua saya langsung tau kalau ini modus, dugaan penipuan,” ungkap Sri Rejeki kepada Jawa Pos Radar Semarang, Kamis (27/1/2022) kemarin.

Kejadian ini bermula saat handphone korban mendapat pesan melalui WhatsApp oleh orang tak dikenal pada Rabu (26/1/2022) sekitar pukul 09.00. Pesan tersebut menyampaikan ingin menyewa kamar di tempat kos korban, yang jumlahnya hanya lima ruangan.

“Ditempat saya itu kan hanya lima kamar, bawah tempat kos, lantai dua untuk tempat tinggal saya. Kebetulan kamar kos saya penuh, kalau pertengahan bulan Maret baru ada yang kosong,” jelasnya.

Korban membeberkan, perempuan tak dikenal yang hendak menyewa kamar tersebut mengaku bernama Gina. Awalnya, perempuan ini juga menyampaikan akan menyewa kamar kos dan ditempati awal bulan Februari 2022.

“Ketika saya bilang Maret baru ada kosong, dia mau juga. Bilangnya lupa, kalau akan sewa bulan Maret. Dia bilang mau sewa dua bulan langsung, sekalian melakukan pembayaran untuk uang tanda jadi,” jelasnya.

Merasa tidak menaruh curiga, Sri akhirnya menyanggupi permintaan perempuan ini, dan sepakat uang sewa kamar per bulan Rp 1 juta. Selanjutnya, korban mengirimkan nomor rekening Bank BRI sekarang itu juga atas permintaan Gina.

“Dia (Gina) bilang nanti katanya yang transfer ayahnya. Tidak selang lama, ada orang telpon saya, mau transfer untuk membayar kos anaknya. Setelah itu dia kirim (capture) bukti transfer ke saya Rp 4,2 juta. Saya juga berpikir kok Rp 4,2 juta,” bebernya.

Selang waktu sekitaran 10 menit, penelpon yang mengaku bernama Edi Junaedi ini kembali menelpon korban dan menyampaikan kalau uang yang di kirim kelebihan Rp 2,2 juta. Korban yang belum juga menaruh kecurigaan, kemudian menyanggupi mengembalikan uang ke Edi Junaedi.

“Saya gak bisa transfer, karena baru saja pulang. Terus Saya bilang kalau cash ada. Terus dia bilang ya sudah nanti biar diambil ojek online. Nanti kalau sudah datang ojek onlinenya di foto. Tapi ojeknya  belum datang itu sudah nelpon saya terus. Nanyakan terus,” jelasnya.

Setelah ojek online datang, kemudian, korban keluar rumah memberikan uang Rp 2,2 juta. Uang tersebut juga telah dihitung penerima ojek online sebelum meninggalkan rumah korban. Bahkan penerima juga telah di foto korban untuk dikirim ke Edi Junaedi.

“Setelah itu, pria itu (Edi Junaedi) nelpon lagi kalau bilang bu saudara saya juga salah kirim uang ke rekening ibu, Rp 2,2 juta. Harusnya ke rekening anak saya. Terus Saya suruh mengembalikan lagi. Ini saya bingung, tapi saya biarin dulu gak tak balas,” bebernya.

Merasa tak enak perasaan, korban kemudian menuju ke mesin ATM BRI dekat rumahnya untuk mengecek uang saldonya. Namun, hasilnya tidak ada tambahan uang atau transferan masuk ke rekeningnya. Masih penasaran, kemudian korban menuju kantor Bank BRI di Jalan Piere Tendean untuk mencari jawaban yang memastikan.

“Saat dicek petugas BRI, ternyata juga sama, tidak ada transferan masuk sama sekali. Terus dari petugas BRI, Masnya bilang, bu jangan ditransfer, itu bisa dibuat, bisa diedit. Terus saya baru sadar,” katanya menirukan petugas BRI,” katanya.

Ketika di ruangan BRI untuk ngecek, korban juga terus ditelpon berulang kali oleh Gina dan Edi. Namun juga direspon korban dan diminta sabar karena masih dalam pengecekan.

“Saya bilang ini belum ada transfer masuk, bilangnya paling terlambat. Dia tetep ngejar terus telpon terus minta dikembalikan. Tapi petugas bank bilang jangan ditransfer,” bebernya.

“Perempuan itu juga wa terus ke saya, bilang suruh cepat transfer ke bapaknya, katanya saldo bapaknya sudah habis, sudah kosong minta secepatnya ditransfer yang Rp 2,2 juta, yang bilangnya salah kirim itu,” sambungnya.

Korban mengakui, juga memiliki bukti transfer uang Rp 2,2 juta yang diambil oleh ojek online tersebut. Sebab, anaknya korban sempat kenal dan bertemu, untuk kemudian meminta bukti transfer ke Edi. Namun, nama penerima berbeda dan nama Bank berbeda dengan sebelumnya dengan bukti capture dari Edi Junaedi.

“Si mas ojek online ini transfer dengan penerima Rizki, dan Bank penerima CIMB Niaga. Saya juga heran, tadinya namanya Edi, yang dikirim ke saya dari Bank BNI. Nama Gina, foto di DP WA cantik pakai jilbab. Tapi gak tau juga kalau foto orang lain. Pas telpon, suaranya juga perempuan. Si Edi juga suaranya laki-laki,” pungkasnya.

Atas kejadian ini, korban telah mendatangi Polrestabes Semarang untuk melaporkan nama dua orang tersebut atas dugaan penipuan.”Saya sudah ke Polrestabes dan minta supaya berkasnya minta dilengkapi. Sebagai bahan laporan,” imbuhnya. (mha/bas)


Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya