31 C
Semarang
Selasa, 6 Juni 2023

Pendekatan Realistik Mengubah Semangat Belajar Matematika

Oleh : Ning Widhyastuti, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID, Hasil belajar matematika di SMK Negeri 2 Temanggung, pada jurusan Tata Boga dan Tata Busana dalam tiga tahun ini, jauh dari harapan. Ditunjukkan dari nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa yang rendah.

Padahal dalam kriteria ketuntasan minimal penguasaan materi pelajaran dituntut minimal 60 dan ketuntasan belajar klasikalnya minimal 85 persen.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa pihak, baik guru maupun siswa, ternyata ada beberapa permasalahan mendasar yang ditemui. Antara lain, pertama, siswa sering mengalami kesulitan dalam memahami konsep.

Ini merupakan dampak dari pembelajaran konvensional yang lebih menekankan pada penghafalan materi-materi yang diberikan oleh guru tanpa terjadi pembentukan konsep yang benar dalam struktur kognitif siswa. Pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya dijadikan sebagai tempat mengaplikasikan konsep.

Kedua, penggunaan metode ceramah masih mendominasi dalam pembelajaran. Proses pembelajaran adalah salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebab dalam proses pembelajaran akan terjadi transformasi pengetahuan. Sehingga dapat diduga rendahnya hasil belajar siswa pada matematika salah satunya disebabkan kurang efektifnya proses pembelajaran yang diterapkan oleh para guru.

Ketiga, guru jarang menggunakan media dalam pembelajaran. Sebagai salah satu komponen pembelajaran, media tidak bisa luput dari pembahasan sistem pembelajaran secara menyeluruh. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru dalam setiap kegiatan pembelajaran.

Semua kegiatan yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari merupakan hasil dari belajar.

Kemampuan melakukan suatu kegiatan didapat melalui proses dari belum mampu ke arah sudah mampu yang terjadi dalam selang waktu tertentu. Perubahan dalam proses perilaku menandakan telah terjadi belajar, makin banyak kemampuan yang diperoleh sampai menjadi milik pribadi, makin banyak pula perubahan yang telah dialami.

Pendidikan realistik dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal yang berpendapat bahwa matematika merupakan aktivitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas. Berdasarkan pemikiran tersebut, (Jurotunguru, 2008). Dan bahwa penemuan kembali (reinvention) ide dan konsep matematika tersebut harus dimulai dari penjelajahan berbagai situasi dan persoalan “dunia riil” (de Lange, 1995 dalam Jurotunguru, 2008).

Dunia riil adalah segala sesuatu di luar matematika. Bisa berupa mata pelajaran lain selain matematika, atau bidang ilmu yang berbeda dengan matematika, ataupun kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar kita (Blum&Niss, 1989 dalam Jurotunguru, 2008).

Dunia riil diperlukan untuk mengembangkan situasi kontekstual dalam menyusun materi kurikulum. Materi kurikulum yang berisi rangkaian soal-soal kontekstual akan membantu proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

Pendekatan realistik merupakan salah satu pembelajaran yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience) dalam kehidupan sehari-hari. Mengaitkan pengalaman kehidupan nyata anak dengan ide-ide matematika dalam pembelajaran di kelas penting dilakukan agar pembelajaran bermakna.

Pendekatan realistik merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran dan dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya siswa dapat menyelesaikan masalah realistik tersebut. Kemudian dengan matematisasi horizontal dan vertikal siswa akan tiba pada tahap pembentukan konsep. (uj/lis)

Guru Matematika SMKN 2 Temanggung


Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya