
SEMARANGSEMARANG.ID, Semarang-Telkom Indonesia menggelar aksi penanaman 20.000 bibit mangrove di Semarang Mangrove Center (SMC) Mangunharjo, Mangkang, Kota Semarang, Rabu (23/3/2022). Event tersebut dalam rangka membangun perisai di daerah pesisir dari ancaman abrasi. Selain itu sebagai upaya mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) pada masyarakat sekitar.
Dalam acara bertajuk “Cegah Abrasi Selamatkan Gernerasi”, Manager Community Development Center (CDC) Divisi Telkom Regional IV Jateng-DIY Siwi Widiarto mengatakan, kegiatan penghijauan di pesisir ini selaras dengan program unggulan Telkom Indonesia. Pihaknya mendukung upaya menjaga kualitas iklim global. Salah satunya melalui langkah pencegahan abrasi dan mengurangi efek rumah kaca.

Menurutnya, pohon mangrove dapat menjaga biota laut dan memberi makanan terhadap ikan. Bahkan, dapat menyerap karbon cukup banyak sehingga meningkatkan suplai oksigen. “Dengan menanam mangrove, manfaatnya besar bagi keberlangsungan lingkungan,” katanya kepada Jawa Pos Radar Semarang kemarin (23/3/2022).
Di samping itu, kata dia, akan memberikan manfaat terhadap perekonomian masyarakat sekitar. Seperti yang sudah dilakukan oleh KeSEMaT (Kelompok Studi Ekosistem Mangrove Teluk Awur) melalui warga binaannya. Masyarakat dapat memanfaatkan olahan mangrove menjadi berbagai macam produk. Yaitu olahan batik dan jajanan mangrove. Di antaranya stik, keripik, cendol, dan kopi. ”Ke depan tentu sangat bermanfaat bagi cucu dan keturunan kita,” tandasnya.

Sementara itu, Ainurrofiq, Bagian Pemberdayaan Lingkungan CDC Telkom Indonesia menyebutkan, kegiatan ini adalah upaya pembangunan yang bukan sebatas formalitas. Namun berdasarkan pilar yang menjadi prioritas Telkom Indonesia. Yaitu pilar lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Pihaknya berupaya membantu mewujudkan lingkungan yang kondusif untuk perekonomian masyarakat pesisir, khususnya di Mangkang dan Mangunharjo. “Ini kan termasuk ekosistem lautan. Sehingga menunjang terwujudnya SDGs 14,” tuturnya.
Diketahuinya, saat ini SMC mengalami penurunan kualitas. Penyebabnya adalah penebangan yang mengakibatkan kerusakan mangrove. Selain itu, kualitas perairan buruk dan minimnya pengolahan mangrove. Kondisi itu diperparah dengan sarana dan prasarana pembelajaran literasi mangrove yang belum optimal.
Rofiq menyampaikan, usai bibit mangrove tuntas ditanam, pihaknya akan selalu melakukan monitoring. Progres tanaman Mangrove akan dikontrol secara periodik dari waktu ke waktu. “Kami ingin hasilnya sesuai yang diharapkan,” pungkasnya. (cr3/bis/ida)