27 C
Semarang
Minggu, 4 Juni 2023

Jigsaw Tingkatkan Hasil Belajar Materi Barisan Deret

Oleh : Eko Sudarto S.Pd.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID, PENERIMAAN Peserta Didik Baru (PPDB) sudah berlangsung empat tahun lebih, telah membawa perubahan kualitas dan kuantitas terhadap satuan pendidikan sekolah negeri. Terutama adanya kebijakan jalur zonasi minimal 55 persen, afirmasi minimal 20 persen, prestasi maksimal 20 persen, perpindahan tugas orang tua maksimal 5 persen.

Sebagaimana yang dialami oleh SMAN 3 Semarang. Dulu dikenal sebagai sekolah terfavorit dan siswanya berprestasi semua. Tapi sekarang berbeda. Meski masih ada kuota siswa jalur prestasi maksimal 20 persen, sisanya masuk kelas reguler yang didominasi oleh anak zonasi dan afirmasi. Kondisi yang sama dirasakan oleh hampir semua SMA Negeri.

Penulis mengajar di kelas reguler X-3 pada materi barisan dan deret. Sebelum masuk ke materi pelajaran, sebanyak 35 siswa X-3 mengerjakan tes awal (prasyarat), hasilnya 75 persen nilainya di bawah 50. Selain itu, data guru BK kelas reguler X-3, menunjukkan nilai matematika SMP sangat rendah dan minat untuk belajar matematika sangat kurang.

Atas kondisi tersebut, supaya pembelajaran menarik dan kondusif, guru harus memiliki inovasi pembelajaran. Salah satunya Model Pembelajaran Kooperatif Learning tipe JIGSAW. Harapannya siswa antausias, bersemangat belajar, mudah memahami dan menyerap materi yang diberikan guru.

Menurut Isjoni (2019:77), Jigsaw merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu, bertanggung jawab dan bekerja sama dalam tim, melatih dan menguatkan karater serta soft skill, di dalam penguasaan materi untuk mencapai hasil belajar maksimal.

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif learning tipe Jigsaw membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok memiliki seorang ahli (kemampuan matematika di atas teman-temannya dalam satu kelompok). Selanjutnya semua ahli dari masing–masing kelompok bersatu membentuk kelompok ahli untuk mempelajari dan mendiskusikan bagian materi yang harus mereka kuasai.

Langkah–langkah pembelajaran kooperatif learning tipe Jigsaw sebagai berikut, 1) siswa dikelompokan sekitar 4 orang. 2) Tiap orang dalam kelompok diberi materi dan tugas yang berbeda. 3) Anggota dari kelompok yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli). 4) Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang sub materi yang mereka kuasai. 5) Tiap kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusi. 6) Pembahasan hasil diskusi. 7) Penutup.

Praktik pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas X-3 sebagai berikut, a) sebelum diskusi dimulai guru menjelaskan prosedur, manfaat, kelebihan, serta hasil yang ingin dicapai dalam pembelajaran Jigsaw, sehingga siswa mengerti dan sungguh-sungguh dalam diskusi. Guru menjelaskan pembagian materi barisan dan deret, 1) suku ke-n barisan aritmatika dan soal, 2) deret atau jumlah suku ke-n barsian aritmatika dan soal, 3) dan seterusnya sampai deret tak hingga, sehingga terbagi menjadi 9 sub materi dan tiap kelompok mendapatkan materi berbeda-beda.

Guru membagi kelas X-3 yang jumlah siswanya 35 orang menjadi 9 kelompok sesuai dengan pembagian 9 sub materi barisan dan deret, hingga tiap kelompok anggotanya 3-4 orang.

Pembentukan kelompok berdasar skor tes prasyarat, sehingga dalam satu kelompok kemampuan siswa berbeda-beda dan ada 1-2 siswa sebagai seorang ahli (kemampuan matematika di atas teman-temannya dalam satu kelompok). Pengambilan sub materi oleh tiap kelompok dilakukan dengan undian.

Dalam teknik Jigsaw, setiap kelompok memiliki ahli yang diharuskan menguasai salah satu bagian dari materi barisan dan deret yang dipelajari. Selanjutnya semua ahli dari masing–masing kelompok bersatu membentuk kelompok ahli mempelajari dan mendiskusikan bagian materi yang harus mereka kuasai.

Jika ada materi yang kurang paham, mereka bisa minta bimbingan sama guru. Setelah itu semua anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing–masing untuk menyampaikan hasil diskusi materi dan membimbing teman-temannya dalam satu kelompok sampai benar-benar paham.

b) Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok, selanjutnya dilakukan presentasi oleh tiap kelompok. Urutan tiap kelompok untuk presentasi menyajikan hasil diskusi kelompok dilakukan dengan undian.

c) Pembahasan materi, setelah presentasi selesai dilakukan oleh tiap kelompok. Jika ada sesuatu yang kurang paham dan ada kesalahan, dengan dipandu dan bimbingan guru, tiap-tiap kelompok bisa bertanya, berpendapat, memberikan saran serta masukan. Jika tiap kelompok tidak ada yang bisa menyelesaikan, guru yang mencarikan solusinya. Tujuan presentasi ini, supaya para siswa semakin percaya diri, mandiri, bertanggung jawab, serta menguasai materi.

d) Guru bersama para siswa menyimpulkan manfaat serta hasil diskusi materi barisan dan deret. e) Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual. f) Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individu dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

Model Pembelajaran Kooperatif Learning tipe Jigsaw sangat bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar khususnya materi barisan dan deret. Para siswa aktif berdiskusi, bekerja sama, bertanggung jawab, serta peduli dalam satu kelompok.

Setiap siswa menguasai materi serta rasa percaya diri bertambah, sehingga dapat meningkatkan hasil penilaian harian. Bagi guru, mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada teman- temannya dalam satu kelompok, serta pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat. (ips1/ida)

Guru Matematika SMAN3 Kota Semarang


Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya