26 C
Semarang
Minggu, 4 Juni 2023

Menerapkan Budaya 5S untuk Menanamkan Pendidikan Karakter

Oleh Drs. Tuhadi

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID, Dunia teknologi informasi dan komunikasi berkembang sangat pesat. Tentu menimbulkan dampak positif dan negative. Dampak negatif bagi siswa di antarannya kehilangan kemampuan berbaur dengan masyarakat dan cenderung nyaman dengan kehidupan online. Sehingga berdampak hilangnya empati dengan teman sekitar. Kondisi ini jika dibiarkan tentu akan mengakibatkan hilangnya karakter siswa.

Sebagaimana tujuan pendidikan nasional, tidak hanya mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi juga membentuk bangsa yang memiliki karakter yang baik.

Pendidikan karakter adalah “Proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati,pikir, raga serta rasa dan karsa” (Samanidan Hariyato, 2013; 45)

Dalam upaya menanamkan pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Pengasih Kulon Progo, diterapkan budaya 5 S. Yakni Senyum, Sapa, Salam, Sopan dan Santun. Yang diterapkan untuk menanamkan pendidikan karakter.

Senyum adalah gerak tawa tanpa suara yang tercermin pada bibir yang mengembang sedikit. Salam, adalah pernyataan hormat, selamat, sejahtera, damai, tentram. Sapa secara sederhana memiliki makna kata-kata untuk menegur.

Sopan adalah rasa hormat, takzim, dan tertib menurut adab yang kita lakukan kepada orang lain. Santun memiliki pengertian sangat sopan, lemah lembut berbudi bahasa, penuh rasa belas kasihan, suka menolong, berakhlak mulia.

Tenaga Pendidik dan tenaga kependidikan berupaya menjadi teladan bagi peserta didik dalam kehidupan di sekolah. Bentuk konkritnya antara lain, pertama Pendidik dalam hal ini adalah guru, setiap pagi menyambut peserta didik di depan gerbang sekolah dengan penuh keramahan. Kemudian menyapanya dengan sopan, sedangkan peserta didik dengan sopan santun mengucapkan salam kepada gurunya dan mencium punggung tangan gurunya.

Hal itu akan memunculkan energi positif yang akan terbawa sampai proses pembelajaran berakhir.

Kedua Pendidik yang masuk ke kelas selalu mengucapkan salam, menyapa dengan sopan dan santun kepada peserta didik. Ketiga dalam proses pembelajaran, peserta didik melakukan kekeliruan. Maka pendidik akan menasehati dengan ramah, sopan, dan santun. Keempat saat berada di sekolah semua pendidik dan tenaga kependidikan harus lebih berhati-hati dalam bersikap dan berucap.

Bahkan menanamkan pada dirinya bahwa dialah teladan bagi peserta didik. Kelima antara pendidik dan semua civitas sekolah harus selalu menerapkan budaya lima “S” di setiap kali bertemu. Maka akan bisa dirasakan suasana kerja yang menyenangkan.

Keenam peserta didik yang berada di sekolah selalu dengan sadar mematuhi budaya 5S dengan menggunakan kata-kata yang sopan saat bertanya dan berbicara kepada semua civitas sekolah.

Ketujuh antar peserta didik juga harus ikut membangun budaya 5S satu sama lain, agar dapat dirasakan rasa toleransi, cinta damai, dan meningkatkan rasa peduli sosial diantara mereka.

Dengan adanya contoh nyata dari guru dan tenaga kependidikan yang sudah menerapkan budaya 5 S di sekolah maka siswa akan termotivasi untuk menerapkan budaya 5 S.

Demikianlah contoh konkrit yang dapat dilakukan di sekolah antara semua civitas sekolah dan peserta didik untuk membudayakan budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun). Dengan upaya tersebut diharapkan menguatkan pendidikan karakter siswa, sehingga dimanapun siswa berada akan selalu memiliki karakter yang baik. (ips2/fth)

Guru SMK Negeri 1 Pengasih Kulon Progo DIJ.


Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya