
RADARSEMARANG.ID, Novel merupakan karya sastra yang diciptakan sastrawan untuk dibaca dan dinikmati. Agar bisa menikmati novel, pembaca harus mengerti betul novel tersebut. Menurut Sayuti (2000:4) jika pembaca tidak mengerti dengan baik, tentu manfaat dan kenikmatan karya sastra menjadi berkurang.
Pada pembelajaran bahasa Indonesia SMA, novel dipelajari di kelas XII. Ada empat kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik sehubungan dengan teks novel ini. Pertama, menafsir pandangan pengarang terhadap kehidupan dalam novel. Kedua, menganalisis isi dan kebahasaan novel. Ketiga, menyajikan hasil interpretasi pandangan pengarang. Terakhir, merancang novel dengan mempertahankan isi dan kebahasaan.

Dalam praktik pembelajaran teks novel di SMA Negeri 1 Bandongan, peserta didik tidak mudah dalam menafsir pandangan pengarang. Kesulitan ini tentu berimbas pada pencapaian kompetensi secara keseluruhan. Kriteria ketuntasan belajar 75 tidak dapat dicapai oleh kelas. Hal ini sesuai pendapat Stanton (2007) bahwa tidak mudah untuk bisa menangkap maksud pengarang.
Ada fenomena menarik sehubungan dengan film pada tahun-tahun terakhir ini. Film Indonesia yang diproduksi sekarang ini banyak diangkat dari novel. Misalnya novel Sabtu Bersama Bapak, Dilan 1990, Mariposa, Dealova, Perahu Kertas, Eiffel I’m in Love, Laskar Pelangi, 5 cm, Refrain, dan Assalamualaikum Beijing diangkat dari novel dengan judul yang sama.

Sedangkan novel karya Ahmad Tohari yang berjudul Ronggeng Dukuh Paruk difilmkan dengan judul Penari. Dibandingkan dengan karya sastra lain, film memberikan pemahaman yang lebih kepada penikmatnya. Hal ini karena penonton terbantu oleh musik pendukung, ekspresi dan intonasi pemain, latar yang sesuai. Oleh karena itu, penggambaran latar, tokoh, dan karakter dapat dipahami penonton lebih cepat.
Dengan memerhatikan kesulitan peserta didik dalam memahami novel dan kemudahan penonton film dalam memahami isi film, guru menemukan gagasan dalam mengatasi masalah pembelajaran teks novel. Film yang diangkat dari novel digunakan sebagai media pembelajaran. Pemutaran film tersebut dapat mengatasi kesulitan peserta didik dalam menangkap pandangan pengarang novel terhadap kehidupan.
Praktiknya, di awal pembelajaran guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri atas empat atau lima peserta didik. Melalui diskusi kelompok, peserta didik menemukan fakta yang terdapat dalam novel yang dibacanya yaitu Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Fakta ini berupa alur, penokohan, dan latar. Kegiatan ini dilakukan peserta didik dalam kelompok masing-masing. Guru berperan sebagai pembimbing.
Selanjutnya, peserta didik menganalisis sarana cerita yang digunakan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk. Sarana yang dianalisis adalah judul yang digunakan, nada dan gaya yang dipilih oleh pengarang. Setelah itu peserta didik menyimpulkan pandangan pengarang terhadap kehidupan dalam novel.
Pada pertemuan kedua, peserta didik menonton film Penari yang diangkat dari novel Ronggeng Dukuh Paruk. Saat menonton film ini terlihat antusiasme peserta didik.
Setelah menonton film, peserta didik berkumpul dengan kelompok semula. Mereka berdiskusi. Materi diskusinya adalah pandangan pengarang yang diperoleh dari membaca novel mereka bandingkan dengan pemahaman yang diperoleh dari film yang ditonton. Terjadi diskusi yang seru.
Ada beberapa hal yang tidak mereka peroleh saat membaca novel, namun didapatkan setelah menonton film. Ini memberikan tambahan pemahaman mengenai pandangan pengarang novel. Hasil diskusi itu dipresentasikan dan kelompok lain menanggapinya.
Dari hasil evaluasi di akhir pembelajaran, menunjukkan rerata nilai kelas naik dan melampaui kriteria ketuntasan belajar. Rata-rata nilai yang diperoleh adalah 80. Ini berarti pembelajaran tentang novel ini sudah berhasil.
Keberhasilan pembelajaran ini sesuai pendapat Daryanto (2013) yang mengatakan kehadiran media mempunyai peran penting. Menurutnya, kesulitan peserta didik dapat terbantu dengan kehadiran media sebagai perantara. Selain itu, media film yang digunakan dalam pembelajaran ini menambah minat dan antusiasme peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. (uj/lis)
Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Bandongan, Kabupaten Magelang