31 C
Semarang
Selasa, 6 Juni 2023

Saatnya Sekolah Menyediakan Iklim Informasi Berbasis Karakter

Oleh : Taat Prasetyo, S.Kom.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID, Sepertinya karakter masyarakat Indonesia yang santun dalam berperilaku, musyawarah mufakat dalam menyelesaikan masalah, local wisdom yang kaya dengan pluralitas, toleransi dan gotong royong, berubah wujud menjadi hegemoni kelompok-kelompok baru yang saling mengalahkan. Apakah pendidikan telah kehilangan sebagian fungsi utamanya?

Berkaca pada kondisi ini, sudah sepantasnya jika kita bertanya secara kritis, inikah hasil dari proses pendidikan yang seharusnya menjadi alat transformasi nilai-nilai luhur peradaban? Jangan-jangan pendidikan telah tereduksi menjadi alat yang secara mekanik hanya menciptakan anak didik yang pintar menguasai bahan ajar untuk sekadar lulus. Kalau betul begitu, pendidikan sedang memperlihatkan sisi gelapnya.

Jika dilihat dari akar permasalahannya, loss ini disebabkan oleh cara guru melakukan pembelajaran. Para guru lebih berorentasi pada menuntaskan tanggung jawabnya terhadap materi yang harus disampaikan tanpa fokus pada karakter peserta didik. Hadirnya kurikulum merdeka melalui keputusan Menristek Nomor 56/M/2022, merupakan terobosan yang baik untuk mengubah paradigma proses pembelajaran.

Salah satu poin penting dari tugas pendidikan adalah membangun karakter (character building) anak didik. Menurut Samani dan Hariyanto (2013:45) pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga serta rasa dan karsa.

Kesadaran itu dijadikan ukuran martabat dirinya sehingga berpikir objektif, terbuka, dan kritis, serta memiliki harga diri yang tidak mudah diperjualbelikan.

Dalam mendampingi dan memberikan muatan materi informatika yang akan mengimplementasikan pendidikan berbasis karakter dapat memikirkan segi-segi sebagai berikut. Pertama, keberhasilan materi berbasis karakter terkait dengan kondisi peserta didik yang landasan keluarganya mengharapkan tercipta iklim kehidupan dengan norma kebaikan dan tanggung jawab.

Sehingga, fungsi informatika berbasis karakter untuk menunjukkan kesadaran normatif peserta didik, seperti berbuat baik dan melaksanakan tanggung jawabnya agar terinternalisasi pada pembentukan pribadi ketika menyaring dan menerima informasi digital.

Organ manusia yang berfungsi melaksanakan kesadaran normatif ialah hati nurani atau kata hati (conscience). Organ penunjangnya ialah pikiran atau logika. Dalam memberikan materi informatika berbasis karakter diprogram agar kesadaran normatif pada hati nurani diteruskan kepada pikiran untuk dicari rumusan bentuk perilaku, kemudian ditransfer ke anggota badan pelaksana perbuatan.
Contoh, mulut pelaksana perbuatan bicara atau bahasa melalui kata-kata. Maka, sistem mulut memfungsikan kata-kata bersifat logis atau masuk akal.

Karena itu, pendekatan proses pembelajaran informatika di sekolah perlu disesuaikan. Pertama, dengan menciptakan iklim yang merangsang pikiran peserta didik untuk digunakan sebagai alat observasi dalam mengeksplorasi dunia. Interaksi antara pikiran dan dunia harus memunculkan proses adaptasi, penguasaan dunia, dan pemecahan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Keberhasilan anak menjalani interaksi dengan dunia akan membentuk kemampuan merumuskan cita-citanya.

Kedua, dalam menyaring informasi diberikan kesadaran kepada peserta didik untuk dapat menciptakan iklim rasa aman bagi peserta didiknya (joyfull learning). Jika peserta didik tidak merasa aman, seperti merasa jiwa terguncang, cemas, atau frustrasi akibat mendapatkan pengalaman kurang baik dari proses pembelajaran, maka ia tidak akan dapat menanggapi upaya pendidikan dari sekolahnya. Bahkan, ia acap kali merespons upaya pendidikan dengan bentuk protes atau agresi terhadap lingkungannya. Peserta didik yang cerdas sekalipun, dengan merasa kurang aman, acap kali konflik dengan lingkungan yang menyulitkan hidup.

Dengan demikian, iklim tersebut akan mampu membuka kata hati peserta didik, baik di sekolah maupun ketika menghadapi dunia masyarakat. Ketiga, materi yang akan diberikan dapat melalui kebijakan sekolah dalam merumuskan bahan belajar pendidikan berbasis karakter yang diorientasikan ke masa depan. Yaitu menggambarkan indikasi bentuk baru nilai-nilai peradaban masyarakat.

Dasar pertimbangannya adalah proses pembangunan berkonsekuensi terhadap perubahan bentuk baru nilai-nilai kebiasaan hidup masyarakat, pendidikan berbasis karakter harus berperan sebagai pengimbang akibat sampingan proses pembangunan. (pf/lis)

Guru Informatika SMA Negeri 1 Magelang


Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya