31 C
Semarang
Selasa, 6 Juni 2023

Ajak Siswa Identifikasi Kasus Bullying, Minimalisasi Kasus di Sekolah

Oleh : Ahmad Dhukha S.Pd.SD.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID, SEKOLAH merupakan lingkungan pendidikan kedua setelah keluarga. Sekolah memegang peran penting dalam perkembangan psikologi, sosial, dan emosi seorang remaja.

Lingkungan pergaulan yang positif akan berdampak pada perkembangan mental yang positif. Demikian pula sebaliknya. Misalnya, kasus bullying yang banyak terjadi di lingkunga sekolah.

Penelitian mengenai bullying telah dilakukan oleh LSM Plan Intenasional, yaitu pusat penelitian pada wanita di beberapa negara di kawasan Asia.

Indonesia merupakan negara yang memiliki persoalan tindakan perilaku agresif tinggi, seperti bullying di lingkungan sekolah sebanyak 84 persen. Penelitian ini melibatkan 9000 anak berusi 12-17 tahun (Pratiwi, 2017).

Penelitian tentang masalah perundungan di Indonesia masih terbilang baru. Hasil studi yang diperoleh oleh pakar dalam bidang intervensi bullying mengungkapkan bahwa di Indonesia siswa yang melaporkan pernah menjadi korban perundungan seperti diejek, dicemooh, dikucilkan, dipukul, ditendang, atau didorong. Frekuensi perilaku bullying ini dilakukan sedikitnya seminggu sekali (Fithria & Auli 2016).

Apa sih, bullying itu? Bullying adalah sikap atau perilaku agresif yang terjadi secara terus-menerus. Ddi mana satu atau sekelompok orang dalam posisi berkuasa dengan sengaja mengintimidasi, menyalahgunakan, atau memaksa individu lain dengan maksud menyakiti korbannya secara fisik maupun emosional. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bullying atau biasa juga disebut dengan perundungan adalah tindakan mengganggu, mengusik terus-menerus, dan menyusahkan.

Setidaknya ada lima jenis bullying atau perundungan yang harus guru ketahui, yaitu 1) verbal bullying/perundungan verbal, 2) physical bullying/perundungan fisik, 3) social bullying/perundungan sosial, 4) cyber bullying/perundungan dunia maya, dan 5) sexual bullying/perundungan seksual.

Dengan mengetahui jenis-jenis bullying, guru akan lebih mudah dalam mengedukasi siswa tentang apa itu bullying dan bagaimana dampaknya terhadap seseorang. Cara mengatasi bullying di sekolah, pertama, deteksi tindakan bullying sejak dini. Sebagai guru, harus peka dengan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh siswa.

Jangan sampai hal-hal yang menyebabkan siswa tidak nyaman atau bahkan membahayakan siswa terjadi secara terus menerus. Segera hapuskan bibit-bibit bullying sedini mungkin, seperti memanggil nama siswa dengan nama ayahnya, menghina bentuk fisik, merampas benda-benda, atau menyakiti fisik. Apapun dalihnya, bercanda sekalipun, hal seperti tidak dapat dibenarkan.

Kedua, memberikan sosialisasi terkait bullying. Kurangnya pengetahuan dan juga pemahaman tentang bullying. Hal penting yang harus dilakukan oleh pihak sekolah adalah melakukan sosialisasi kepada seluruh warga sekolah.

Jika semua orang memahami bentuk-bentuk perundungan, dampak yang ditimbulkan bagi korbannya, dan bagaimana menghindari bullying, maka akan lebih mudah untuk meminimalisasi potensi bullying di sekolah. Bentuk-bentuk sosialisasi dapat dilakukan dengan cara menempelkan poster-poster antibullying, menyelipkan pesan antibullying dalam pembelajaran.

Ketiga, memberikan dukungan kepada korban. Solusi bullying yang harus dilakukan adalah memberikan dukungan kepada korban bullying. Korban bullying biasanya merasakan ketakutan dan kecemasan berada di lingkungan dimana ia mengalami bullying. Oleh karena tunjukkan, guru dan teman-temannya peduli dan dapat membantu korban bullying merasa aman kembali.

Keempat, membuat peraturan yang tegas tentang bullying. Mengatasi orang yang melakukan bullying, harus dilakukan sebagai langkah menghentikan tindakan atau sikap bullying. Selain korban, pelaku juga harus diberikan treatment supaya tidak terus terulang. Perlu bagi guru dan sekolah membuat peraturan yang ketat tentang bullying.

Kelima, memberikan teladan atau contoh yang baik. Bullying pada anak sering terjadi karena mencontoh orang-orang di sekitarnya. Sebagai guru, maka guru pintar harus sangat berhati-hati dalam bertindak maupun bertutur kata. Jangan sampai suka memberikan hukuman verbal yang tanpa disadari sudah masuk dalam kategori pembulian. Hal ini tentu akan dicontoh oleh siswa-siswanya.

Keenam, mengajarkan siswa untuk melawan bullying. Bentuk perlawanan terhadap tindakan perundungan atau bullying tidak harus dengan cara kekerasan atau melakukan hal yang sama dengan pembulinya.

Salah satu cara melawan bullying adalah dengan berani melaporkan tindakan bullying terhadap gurunya. Dengan begitu, guru dan pihak sekolah akan dapat segera mengambil tindakan untuk menghentikan pembulian.

Ketujuh, membantu pelaku menghentikan perilaku buruknya. Bullying merupakan contoh perilaku buruk. Guru pintar wajib membantu pelaku bullying untuk menghentikan perilaku buruknya, apalagi mengucilkan mereka. Selain korban, pelaku juga membutuhkan penanganan supaya tidak melakukan pembulian lagi. Ajarkan mereka bersimpati dan berempati pada orang lain. Selain itu, berikan juga pengetahuan bahaya pembulian terhadap korban-korbannya.

Dampak bullying bagi korbannya sangatlah dahsyat. Beberapa contoh dampak bullying antara lain, depresi dan gangguan kecemasan, merasa sedih dan kesepian, terjadinya perubahan pada pola tidur dan makan, berkurangnya ketertarikan terhadap aktivitas yang sebelumnya disenangi, masalah kesehatan, hingga menurunnya prestasi akademis. Bagi pelaku, dampaknya bisa sampai pada kriminalitas. Mencegah dan mengatasi bullying di lingkungan sekolah menjadi tugas bersama. (gp/ida)

Guru Kelas VI SDN Pajomblangan, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan.


Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya