
RADARSEMARANG.ID, Seiring perkembangan ilmu pengetahuan teknologi, sepeda motor menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Sepeda motor menjadi alat penting dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Saat ini pengguna sepeda motor hampir di segala usia, tetapi hal miris terjadi bahwa banyak pelajar di bawah umur mengendarai sepeda motor tersebut untuk pergi ke sekolah.

Pengendara yang merupakan pelajar di bawah umur selain tidak tepat juga belum diperbolehkan untuk menggunakan sepeda motor tesebut karena belum memiliki surat izin mengemudi (SIM).
Pelajar di bawah umur selain tingkat emosionalnya masih labil juga sangat rentan untuk bertindak arogan di jalanan sehingga tidak memperdulikan pengguna jalan di sekitarnya (Setiawan, 2014:2).

Fenomena pelajar di bawah umur yang mengendarai sepeda motor ke sekolah dipengaruhi beberapa faktor baik faktor internal dan faktor eksternal antara lain.
Pertama, faktor internal yakni kebebasan. Dalam hal ini kebebasan orang tua yang membiarkan anaknya mengendarai sepeda motor.
Kontrol orang tua masih sangat lemah mengakibatkan anak mudah melakukan penyimpangan sosial. Kesibukan orang tua juga menjadi penyebab mengapa banyak pelajar menggunakan sepeda motor untuk sekolah.
Orang tua tidak memiliki waktu cukup mengantar dan menjemput anaknya karena kesibukannya. Sehingga orang tua memberi kebebasan pada anak untuk mengunakan sepeda motor ke sekolah meskipun hal tersebut melanggar peraturan baik dari sekolah maupun secara hukum.
Kedua, kebanggaan. Anak merasa bangga dengan dirinya ketika mengendarai sepeda motor ke sekolah. Meskipun tindakannya melanggar aturan baik aturan sekolah maupun hukum. Anak akan merasa dirinya diakui oleh teman dalam kelompok sebayanya.
Berkendara bagi sebagian pelajar bukan hanya sekadar ajang untuk menunjukkan keterampilan, akan tetapi miliki kendaraan merupakan ajang untuk mencari atau menunjukan eksistensi dirinya.
Ketiga, efesiensi waktu dan hemat biaya. Pelajar zaman sekarang lebih menyukai hal-hal yang praktis dan instan. Terlebih lagi dengan kemajuan teknologi yang memudahkan orang melakukan aktivitas. Alasan para pelajar menggunakan sepeda motor ke sekolah adalah efisiensi waktu karena jarak dari rumah ke sekolah jauh dan butuh waktu yang lama. Selain efisien waktu juga efisiensi juga ekonomis, karena siswa tidak perlu berganti ganti angkutan ke sekolah.
Kedua adalah faktor eksternal yakni faktor keluarga. Berdasarkan realitas yang terjadi, orang tua justru memfasilitasi anak dengan kendaraan dengan dalih sibuk bekerja dan tidak sempat mengantar anak ke sekolah.
Tentunya bukan hal yang bijak jika pemberian sepeda motor kepada anak di bawah umur. Ketika dibiarkan terus-menerus menggunakan sepeda motor di usianya, maka banyak risiko yang tidak baik bagi anak kedepannya. Namun banyak dari orang tua tidak sadar akan bahaya-bahaya yang bisa terjadi pada anaknya.
Kedua lingkungan sekolah. Kultur dalam sekolah berpengaruh pada tingkah laku siswa termasuk dalam hal kedisiplinan. Apabila sekolah membiarkan para pelajar di bawah umur mengendarai sepeda motor maka juga berpengaruh terhadap pola pikirnya yang mungkin pola piker yang tidak sehat.
Seharusnya sekolah ataupun dinas mempunyai peraturan yang tegas terhadap pelajar di bawah umur yang mengendarai sepeda motor. Karena dampaknya akan sangat tidak bagus, baik bagi siswa maupun sekolahnya.
Ketiga, teman sebaya. Teman sebaya adalah tempat sosialisasi, karena anak akan sering bermain dan juga saling berinteraksi. Pada anak yang menginjak remaja, mereka masih penasaran untuk hal-hal baru termasuk mencoba mengendarai sepeda motor sendiri ke sekolah.
Ketika ada teman yang sudah bisa melakukan hal tersebut akan membuat teman yang lainnya ingin melakukan hal yang sama. Mereka belum pikir panjang terhadap risiko yang ditimbulkan.
Melihat tingginya jumlah anak di bawah umur yang mengendarai kendaraan bermotor di jalan raya, perlu adanya edukasi, baik orangtua, sekolah maupun masyarakat tentang risiko mengendarai sepeda motor ke sekolah. (uj/lis)
Kepala SDN Giripurno 1, Borobudur, Kabupaten Magelang