RADARSEMARANG.ID, Manusia sangat membutuhkan air bersih untuk berbagai kegiatan hidupnya, antara lain minum, memasak, mandi, mencuci dan sebagainya.
Maka ketersediaan air bersih yang cukup merupakan keharusan bagi kelangsungan hidup manusia. Sayang sekali hal itu tidak selalu dapat dipenuhi karena terjadinya pencemaran air.
Persyaratan kualitas menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air bersih. Persyaratan ini meliputi persyaratan fisik, kimia, biologis, dan radiologis.
Syarat- syarat tersebut berdasarkan Permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang persyaratan kualitas air bersih adalah sebagai sebagi berikut: pertama, syarat-syarat fisik.
Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25o c.
Kedua, syarat-syarat kimia. Kandungan zat kimia dalam air bersih tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990. Ph yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5 – 9. Ketiga, syarat-syarat mikrobiologis air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari haruslah bebas dari bakteri patogen.
Keempat, syarat-syarat radiokativitas. Apapun bentuk radioaktivitas efeknya dapat menimbulkan kerusakan pada sel-sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian, dan juga perubahan komposisi genetik.
Pencemaran air adalah masuknya komponen yang bercampur dengan air sehingga menurunkan kualitas air. Komponen tersebut antara lain adalah unsur, energi, dan zat lainnya.
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997 menyatakan bahwa pencemaran air adalah menurunnya kualitas air akibat masuknya makhluk hidup, zat, energi ke dalam air akibat aktivitas manusia.
Penurunan kualitas air tersebut dapat disebabkan secara sengaja oleh aktivitas manusia. Contohnya membuang sampah di sungai dan lain-lain.
Dalam pembelajaran IPA kelas VII di SMPN 28 Semarang terdapat materi pencemaran lingkungan. Salah satunya adalah mengenai pencemaran air.
Air yang sudah tercemar dapat dilihat secara fisik mengalami perubahan baik warna, bau maupun rasa. Kalau secara kimiawi, air yang tercemar dapat diidentifikasi salah satunya dengan mengukur tingkat keasamaannya (pH-nya). Air yang tercemar memiliki keasaman yang berbeda dengan air yang tidak tercemar.
Agar peserta didik memiliki pemahaman dan pengalaman dalam mengidentifikasi pencemaran air secara kimiawi maka dilaksanakan praktik pengukuran pH dari 3 jenis sampel air. Yaitu air selokan di depan sekolah, air sumur artetis dan air mineral kemasan dengan menggunakan kertas lakmus.
Praktik dilaksanakan secara kelompok, tiap kelompok beranggotakan 4 anak. Adapun langkah-langkah kerjanya sebagai berikut : peserta didik menyiapkan air dari selokan sekolah, air sumur artetis dan air mineral kemasan, masing-masing sebanyak 100 ml. Peserta didik menyiapkan kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru masing-masing sebanyak 3 lembar.
Peserta didik menyiapkan tiga buah gelas kimia berukuran 250 ml, dan memberi label pada gelas masing-masing dengan label A, B, C. Memasukkan air selokan ke dalam gelas kimia berlabel A, air sumur artetis ke dalam gelas kimia berlabel B, dan air mineral pada gelas berlabel C.
Peserta didik memeriksa keasaman dari masing-masing air menggunakan kertas lakmus merah dan lakmus biru. Peserta didik mengamati warna kertas lakmus sebelum dimasukkan dan sesudah dimasukkan pada gelas kimia.
Tiap kelompok mendiskusikan hasil praktik kelompok masing-masing, dan membuat laporan hasil praktikum. Dari hasil praktikum yang dilaksanakan peserta didik kelas VII SMPN 28 Semarang diketahui bahwa air yang tercemar dalam hal ini air selokan secara kimiawi bersifat asam (pH < 7) sedangkan air sumur artetis dan air mineral yang belum tercemar (air bersih) bersifat netral dan basa. (ips1/lis)
Guru IPA SMP Negeri 28 Semarang
