
RADARSEMARANG.ID, Sebagai pendidik kita harus mampu menyelaraskan metode pengajaran dengan generasi saat ini yang dikenal dengan generasi Z. Yaitu mereka yang lahir di atas tahun 1995.
Generasi ini sangat dekat dengan teknologi. Maka menjadi pengajar dituntut untuk tidak hanya memiliki PCK (Pedagogical Content Knowledge) -yaitu acuan pengetahuan dan skill dasar yang harus dimiliki pengajar – namun juga diperlukan aspek technological knowledge sehingga aspek TPACK (Technology Pedagogical Content Knowledge) yang diperlukan pengajar.

Namun itu bukanlah segalanya. Teknologi merupakan alat yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan pengalaman bermakna dalam proses belajar mengajar.
Untuk menciptakan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik untuk dapat menimba ilmu adalah tugas seorang pendidik yaitu menciptakan ekosistem untuk mau belajar, menciptakan pengalaman yang kontekstual dan menciptakan rasa keingintahuan yang besar (curiousity).

Dalam menunjang hal tersebut, maka dapat diterapkan metode Flipped Classroom dalam pembelajaran.
Flipped Classroom adalah model dimana dalam proses belajar mengajar, siswa mempelajari materi pelajaran di rumah sebelum kelas dimulai dan kegiatan belajar mengajar di kelas berupa mengerjakan tugas, berdiskusi tentang materi atau masalah yang belum dipahami siswa (Yulietri dkk, 2015).
Model pembelajaran Flipped Classroom adalah pembelajaran yang mengombinasikan antara pembelajaran di dalam kelas dengan pembelajaran di luar kelas dengan tujuan memaksimalkan kegiatan pembelajaran. Aktivitas belajar yang biasanya dilakukan di kelas menjadi dilakukan di rumah.
Sebaliknya, aktivitas belajar yang biasanya dilakukan di rumah menjadi dilakukan di kelas.
Guru sebagai fasilitator mengemas materi pembelajaran dalam bentuk digital berupa video untuk dipelajari siswa di rumah sehingga siswa sudah lebih siap belajar ketika di kelas. Video adalah media yang digunakan sebagai input untuk belajar mandiri karena dapat diakses dan memungkinkan siswa untuk berhenti dan menonton kembali konten sesuai kebutuhan. Teks dan audio juga dapat digunakan sebagai konten untuk menyampaikan materi dan memastikan siswa sepenuhnya siap untuk kelas sinkron.
Pada pembelajaran matematika di SMK Negeri 2 Godean kelas XII Tata Boga dengan metode Flipped Clasroom mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan lebih bermakna. Karena dilaksanakan dengan meminimalkan jumlah instruksi langsung oleh guru kepada siswa dalam mengajarkan materi dan memaksimalkan waktu berinteraksi satu sama lain dalam membahas permasalahan terkait.
Selaras dengan generasi Z, karakteristik belajar dengan metode Flipped Classroom adalah: pertama, sarana untuk meningkatkan interaksi dan waktu kontak pribadi antara siswa dan guru. Kedua, memberikan siswa ruang untuk bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri.
Ketiga, ruang kelas dimana guru bukan disebut sebagai orang bijak di atas panggung melainkan memberi panduan di sisi siswa. Keempat, mencampurkan instruksi langsung dengan pembelajaran kontruktivis. Kelima, kelas yang siswanya tidak hadir, tidak akan ketinggalan pelajaran.
Keenam, kelas tempat konten diarsipkan secara permanen untuk ditinjau dan diperbaiki. Ketujuh, kelas tempat semua siswa terlibat di dalam pembelajarannya. Delapan, tempat semua siswa menerima pendidikan yang dipersonalisasi.
Manfaat yang dapat dirasakan dalam pembelajaran matematika dengan metode Flipped Classroom di SMK Negeri 2 Godean adalah siswa memiliki kepercayaan diri dan keterlibatan dalam pembelajaran lebih tinggi. Sehingga mampu mengembangkan keterampilan belajar individual yang lebih efektif. Ketika siswa menghadapi suatu masalah dalam proses belajar, mereka harus mencari solusi dan menyelesaikan masalah tersebut secara independen. (ut/lis)
Guru Matematika SMKN 2 Godean, Sleman, DIY