26 C
Semarang
Senin, 27 Maret 2023

Belajar Membaca Menyenangkan dengan Metode Kupas Rangkai Suku Kata pada Buku Cerita

Oleh: Iis Miyati, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID, Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa aktif reseptif. Keaktifan dalam membaca tampak dari aktivitas yang dilakukan oleh seseorang ketika membaca.

Pada pelaksanaan membaca permulaan di kelas 1 SD dilakukan dalam dua periode. Yaitu periode membaca tanpa buku dan membaca menggunakan buku.

Membaca tanpa buku dilakukan dengan cara mengajar menggunakan media atau alat peraga selain buku. Sedangkan membaca dengan buku merupakan kegiatan membaca menggunakan buku sebagai bahan dan media pembelajaran.

Oleh karena itu guru perlu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik.

Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca adalah kupas rangkai suku kata. Yakni metode yang memulai pengajaran dengan menyajikan dahulu beberapa suku kata. Suku kata dirangkaikan menjadi kata dengan menggunakan tanda sambung.

Suku kata dikupas menjadi huruf-huruf. Huruf-huruf dirangkai kembali menjadi suku kata.

Menurut Supriyadi Depdikbud (1992:12) metode kupas rangkai suku kata adalah suatu metode yang memulai pengajaran membaca permulaan dengan menyajikan kata-kata yang sudah dirangkai menjadi suku kata. Kemudian suku-suku kata itu dirangkai. Terakhir, merangkai kata menjadi kalimat.

Baca juga:  Mudah Belajar Membaca Permulaan dengan Flashcard

Metode kupas rangkai suku kata yang membantu anak dalam membaca permulaan yaitu dalam membaca tidak ada mengeja huruf demi huruf sehingga mempercepat proses penguasaan kemampuan membaca permulaan.

Dapat belajar mengenal huruf dengan mengupas atau menguraikan suku kata yang dipergunakan dalam unsur-unsur hurufnya. Penyajian tidak memakan waktu yang lama, dapat secara mudah mengetahui berbagai macam (Apriani, Cicilia (2013).

Media yang digunakan dalam meningkatkan minat baca siswa kelas 1 adalah dengan buku cerita bergambar sebagai media grafis. Dipergunakan dalam proses pembelajaran memiliki pengertian praktis, yaitu dapat mengomunikasikan fakta-fakta dan gagasan-gagasan secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara pengungkapan kata-kata dan gambar (Sudjana dan Rivai, 2002).

Buku cerita bergambar adalah buku yang menampilkan teks narasi secara verbal dan disertai gambar-gambar ilustrasi. Buku cerita bergambar merupakan buku yang bisa digunakan untuk membawa anak-anak ke literasi awal.

Baca juga:  Belajar Membaca Tanpa Mengeja

Mitchhell (2003) menyatakan, buku cerita bergambar adalah buku yang menampilkan gambar dan teks secara bersamaan dan saling terkait. Gambar dan cerita yang disajikan secara sendiri-sendiri belum cukup untuk mengungkapkan isi cerita, keduanya saling membutuhkan dan melengkapi agar isi cerita menjadi lebih menarik.

Konsep pembelajaran berbasis buku cerita bergambar berkembang sejak dulu. Pendekatan berbasis cerita adalah dirancang untuk meningkatkan kemampuan membaca anak. Karena ternyata anak lebih tertarik membaca buku cerita dari pada buku pelajaran. Ketika orang tua menunjukkan gambar-gambar di buku, tulisan yang disertai gambar-gambar, anak mulai menyadari bahwa di dalam buku terdapat sesuatu yang menyenangkan.

Dalam proses perkembangan pengetahuan, anak membutuhkan informasi yang menarik sehingga mampu mengaksesnya tanpa bantuan orang dewasa di sekelilingnya. Inilah saat yang tepat untuk mulai memperkenalkan literasi kepada anak lewat berbagai media cetak yang sengaja dirancang untuk memotivasi rasa keingintahuannya (Nurhadi, 2009).

Baca juga:  Penggunaan Buku Cerita Bergambar untuk Pembelajaran Siswa Kelas 2

Tujuan penerapan metode kupas rangkai suku kata adalah untuk meningkatkan minat belajar peserta didik terhadap keterampilan membaca, yang selama ini dipakai penulis berhasil dalam belajar mengenal huruf abjad.

Sedangkan penggunaan media buku cerita bergambar berguna untuk membantu siswa merangkai suku kata menjadi kalimat.

Penerapan metode kupas rangkai suku kata dan media buku bercerita menunjukkan bahwa pembelajaran keterampilan membaca mampu meningkatkan minat baca siswa lebih menyenangkan dan hasil belajar peserta didik lebih baik.

Hal ini dapat diketahui dari meningkatnya hasil belajar dan perhatian peserta didik terhadap pelajaran. Peserta didik menjadi berani membaca nyaring di depan kelas. (ut/lis)

Guru SDN Gulon 4, Kec. Salam, Kabupaten Magelang


Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya