
RADARSEMARANG.ID, Dalam kehidupan manusia, penting untuk menerapkan apa yang telah kita pelajari dalam kehidupan kita sehari-hari.
Penerapan dan pengamalan dalam bentuk perkataan, perbuatan, sikap dan budi pekerti disebut dengan implementasi. Menurut KBBI, implementasi berarti melaksanakan dan menerapkan (Darmadi, 2020:9).

SMK Negeri 1 Ngablak sebagai sekolah center of excellen, menerapkan Kurikulum Merdeka dalam proses pembelajarannya. Dalam kurikulum ini terdapat program yakni profil pelajar Pancasila.
Merupakan perwujudan pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang memiliki 6 ciri yang melekat pada pelajar Indonesia (Kemendikbud Ristek, 2022).

Enam sifat itu adalah iman, takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, kebhinnekaan global, gotong royong, kemandirian, bernalar kritis, dan kreativitas.
Pelaksanaan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) merupakan kajian lintas disiplin ilmu yang melihat dan mempertimbgankan solusi permasalahan di lingkungan dalam rangka peningkatan kompetensi profil pelajar Pancasila dilaksanakan secara fleksibel. P5 bermanfaat bagi siswa karena memberikan ruang dan waktu bagi mereka untuk mengembangkan kompetensi dan memperkuat karakter dan profil mereka dalam Pancasila melalui individu siswa.
Dalam pelaksanaan P5, SMK Negeri 1 Ngablak mengangkat tema kearifan lokal dan kebhinnekaan.
Pelaksanaannya dengan launching P5 melalui kegiatan Saparan Day dan Geni Mertelo (Gelar Seni Merbabu Telomoyo). Tema kearifan lokal (Saparan Day) didasarkan pada budaya dan tradisi yang ada di sekitar sekolah. Yakni Saparan yang diselenggarakan masyarakat setempat pada bulan Sapar (atau Shafar) di seluruh desa Ngablak dan sekitarnya.
Tradisi adalah semangat budaya, dan tradisi memperkuat sistem budaya. Ketika tradisi hilang, harapan budaya berakhir pada saat itu juga. Tentu saja suatu tradisi akan pantas dan cocok jika memenuhi syarat-syarat masyarakat ahli warisnya (Bastomi, 1984:14).
Karena sebagian besar siswa di SMK Negeri 1 Ngablak berasal dari daerah Ngablak, kegiatan ini dilaksanakan dan lestarikan untuk menumbuhkan kecintaan terhadap budaya lokal sehingga dapat mengembangkan rasa cinta tanah air Indonesia.
Tema kebhinnekaan (Geni Mertelo) karena adanya berbagai kesenian di sekitar SMK Negeri 1 Ngablak seperti topeng ireng, soreng, reog, kuda lumping, warok, gedrug, brondut. Dan sebagian besar siswa menekuni salah satu seni ini di daerahnya.
Oleh karena itu, kegiatan digelar untuk menggali kemungkinan-kemungkinan seni yang dimiliki siwa dan berharap siswa lain yang belum untuk ikut serta melestarikan budaya yang ada. Pendidikan dan kebudayaan berjalan beriringan. Dimana ada kebudayaan di situ ada pendidikan dan sebaliknya (H. Abdul Latif, 2009:11-120).
Semua siswa berpartisipasi dalam kegiatan ini dan perwakilan dari masing-masing menampilkan sajian saparan maupun geni mertelo. Dalam melakukan kegiatan ini, siswa bekerja secara kolaboratif, mandiri, dan kreatif untuk menyiapkan hidangan ala Saparan secara berkelompok di salah satu rumah siswa.
Mereka kemudian berkumpul dan menghidangkannya di sekolah dan dua siswa berpakaian tradisional membawanya ke sebuah tenda tempat mereka menyajikan makanan.
Sedangkan untuk gelar seninya siswa berusaha untuk memilih dan menyajikan seni sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dengan sebaik mungkin. Banyak siswa yang belum dapat melakukannya, tetapi mereka berlatih secara rutin dan terus menerus sehingga mahir dan dapat melakukannya dengan sangat baik. Ketika tampil, mereka sudah bisa melakukan dengan sangat baik.
Melalui implementasi ini, siswa belajar tentang kemandirian, kreativitas, kerja sama, keikhlasan, tanggung jawab, dll dan secara tidak langsung siswa memperoleh karakter yang baik (soft skill). Membina menjadi individu yang lebih baik.
Harapan ke depan diadakan kegiatan lain yang sifatnya dapat membangun karakter siswa siswi yang ada di SMK Negri 1 Ngablak. (ut/lis)
Guru Produktif Peternakan di SMKN 1 Ngablak, Kabupaten Magelang