
RADARSEMARANG.ID, Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan proses komunikasi yang di dalamnya mengandung perubahan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan. Baik yang terjadi di dalam maupun di luar lembaga pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat (life long process).
Bangsa yang maju salah satunya karena bangsa tersebut memiliki sumber daya manusia yang berpendidikan, cerdas dan bermartabat. Pembelajaran di sekolah tidak hanya menekankan pada aspek pengetahuan, tetapi juga sosial dan keterampilan. Salah satunya dengan pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan metode belajar yang dilaksanakan dengan bekerja sama antarsiswa. Sehingga siswa tidak semata mencapai kesuksesan secara individual.
Menurut Warsono dan Hariyanto (2014:161) pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang melibatkan sejumlah kelompok kecil siswa bekerja sama dan belajar bersama dengan saling membantu secara interaktif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

Dalam pembelajaran kooperatif, mereka juga bisa membantu teman belajarnya yang berkemampuan di bawah standar minimum. Dengan demikian tumbuhlah jiwa sosial dalam diri siswa. Maka, pendidik harus membimbing, mengarahkan dan menciptakan kondisi belajar yang kondusif bagi peserta didik sesuai kemampuan potensi yang mereka miliki.
Untuk mencapai pembelajaran yang aktif dan efektif, guru harus mengurangi metode ceramah dan mulai mengembangkan metode lain dengan melibatkan siswa secara aktif. Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif adalah cooperative learning.
Metode cooperative learning adalah kegiatan belajar mengajar dalam kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun kelompok.
Berbagai hasil penelitian menyimpulkan manfaat cooperative learning tidak hanya menghasilkan prestasi akademik yang lebih tinggi untuk seluruh siswa namun juga meningkatkan rasa percaya diri, kemampuan untuk melakukan hubungan sosial.
Serta mampu mengembangkan saling kepercayaan sesamanya baik secara individu maupun kelompok, dan kemampuan saling membantu dan bekerja sama antarteman.
Dan pula terhindar dari persaingan antarindividu. Dengan kata lain tidak saling mengalahkan antarsiswa. Siswa juga memiliki motivasi belajar karena pengaruh positif dan kerja sama dengan kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan cara mengelompokkan siswa secara heterogen untuk mencapai tujuan tertentu. Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, guru menyusun tugas sedemikian rupa yang membuat seluruh anggota aktif dalam kelompoknya.
Siswa berkelompok dalam pembelajaran dan menyelesaikan projek-projek kelompok dengan diskusi, kuis, membuat keterampilan, presentasi kelompok, dan kegiatan kelompok lainnya. Dalam kelompok, siswa belajar bekerja sama dan diskusi untuk menyelesaikan permasalahan dan latihan soal yang diberikan guru. Siswa yang sudah mahir dapat menjadi tutor bagi temannya, atau sering disebut tutor teman sebaya.
Tutor teman sebaya ini memudahkan belajar, semua siswa berpartisipasi aktif, dan dapat memecahkan masalah bersama-sama. Sehingga pemerataan pemahaman terhadap materi pembelajaran yang diberikan dapat tercapai. Dengan penerapan pembelajaran kooperatif siswa juga termotivasi teman sekelompok dan meningkatkan jiwa atau sikap sosialnya.
Uno (2017:23) mengatakan motivasi belajar merupakan dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.
Sedangkan menurut Abu Ahmadi (2007:152) sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata dan berulang-ulang terhadap objek sosial. Penerapan metode pembelajaran kooperatif sangat berpengaruh positif di kelas IV A SDN Secang 2 terhadap motivasi belajar dan sikap sosial siswa. (ut/lis)
Guru SDN Secang 2, Kabupaten Magelang