
RADARSEMARANG.ID, Salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa adalah menulis. Baik menulis fiksi maupun nonfiksi.
Siswa akan menguasai keterampilan menulis jika berkesadaran untuk selalu berlatih menulis. Berkesadaran berlatih tentunya jika dalam diri siswa telah tumbuh rasa suka. Namun demikian, seringkali proses menulis dipandang sebagai kegiatan membosankan dan sukar. Hal ini sejalan dengan pendapat Akhadiah (1988:2) yang menyatakan bahwa “Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan”. Dengan demikian maka tidaklah salah jika siswa mengalami kesulitan saat menulis.
Oleh karena itu, pada proses pembelajaran di kelas, guru dituntut mengembangkan metode pembelajaran menulis yang efektif dan menyenangkan agar dapat menggugah keinginan siswa untuk menulis. Maka, pada pembelajaran menulis cerpen di kelas XI semester satu, penulis berupaya menumbuhkan rasa suka siswa terhadap aktivitas menulis karya imajinatif. Yaitu menulis cerpen melalui metode pembelajaran menyenangkan.

Cerpen adalah cerita yang secara wujud fisiknya berbentuk pendek. Sehingga sering diungkapkan sebagai cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk. Ukuran Panjang pendeknya suatu cerita relatif sekitar 500 sampai 5.000 kata. Cerpen merupakan salah satu karya sastra yang memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis cerpen antara lain menentukan tema, tokoh, latar, sudut pandang, membuat kerangka karangan dan mengembangkan menjadi karangan utuh.
Pada dasarnya, siswa memiliki banyak ide yang dapat dituangkan dalam tulisan menjadi sebuah cerita pendek yang menarik. Hanya saja yang menjadi kendala adalah siswa seringkali mengalami kebuntuan saat memulai menulis maupun pada proses pengembangan cerita. Melihat kenyataan itu, penulis mencoba untuk membuat situasi pembelajaran yang menyenangkan dan merangsang ide spontan siswa dan memberikan keleluasaan berimajinasi yang seluas-luasnya. Dengan demikian, diharapkan siswa mampu menjalin alur cerita dengan baik.

Penulis menerapkan metode paragraf berantai. Pembelajaran dengan menggunakan metode paragraf berantai merupakan model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam suasana belajar yang nyaman, santai, dan menggembirakan. Menurut Syattariyah, menulis berantai diterapkan sebagai salah satu trik yang bertujuan membangkitkan motivasi peserta didik dalam menemukan ide atau tema cerita untuk dijadikan bahan dalam menulis cerpen. Sekaligus sebagai pemicu awal siswa berani dalam memulai membuat sebuah tulisan. Melalui metode paragraf berantai, siswa diharapkan tidak lagi bosan apalagi stres. Namun justru sebaliknya siswa leluasa untuk merangkai imajinasi.
Deskripsi metode paragraf berantai adalah sebagai berikut: Pertama, guru menyiapkan satu paragraf pembuka cerita (orientasi) yang ditulis pada beberapa lembar kertas, jumlah disesuaikan dengan jumlah kelompok siswa. Pembuka cerita (orientasi) harus sama isinya. Selanjutnya siswa dikelompokkan (5-6 siswa). Kemudian satu dari masing-masing kelompok diberi kertas berisi orientasi cerita yang telah disiapkan guru. Dengan diberi batasan waktu, siswa disuruh melanjutkan cerita tersebut secara bergiliran dengan teman dalam satu kelompoknya sampai dengan selesai.
Selanjutnya masing-masing kelompok membacakan hasil rangkaian tulisannya. Saat pembacaan hasil itulah suasana menyenangkan akan terlihat. Siswa gembira bahkan gelak tawa tercipta. Karena ada yang alurnya nyambung ada yang tidak. Dari orientasi yang sama tapi ending cerita berbeda-beda. Terciptalah keberagaman imajinasi. Peran guru berikutnya mengajak siswa mengevaluasi satu-satu dari hasil tulisan, biarkan siswa menemukan kekurangan dan kelebihan alur cerita yang dibuat. Setelah itu tulisan dikembalikan ke siswa dan menjadi tugas perorangan untuk memperbaiki dan memperindah cerita tersebut.
Berdasarkan pengalaman menggunakan metode tersebut siswa terlihat lebih antusias saat diberi tugas menulis cerita berdasarkan imajinasinya. Setidaknya metode paragraf berantai mampu menggugah minat (rasa suka) siswa dalam berimajinasi. Dengan demikian kemampuan menulis cerpen sebagai salah satu kompetensi dalam pembelajaran bisa semakin meningkat. (ump2/fth)
Guru SMA Negeri 2 Slawi