
RADARSEMARANG.ID, Make a match (mencari pasangan) adalah metode pembelajaran dengan mencari pasangan melalui kartu pertanyaan dan jawaban yang harus ditemukan dan didiskusikan oleh peserta didik. Model ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994) dalam bukunya Language Arts and Cooperative Learning Lessons for The Little One.
Inti dari metode tersebut ialah bagaimana peserta didik dapat mencocokkan kartunya dalam waktu yang telah ditentukan. Metode pembelajaran Make a match ini dapat melatih siswa untuk berani, percaya diri, menguasai materi, teliti, serta memanfaatkan waktu secara efektif khususnya di masa pandemi.

Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan berdasarkan ajaran Islam. Permasalahan yang sering dihadapi oleh guru PAI adalah bagaimana menciptakan model-model pembelajaran yang inovatif, variatif, kreatif, menyenangkan, dan bermakna sehingga siswa dapat mencapai kompetensi dan tuntas dalam pembelajaran.
Banyak model dan teknik pembelajaran yang dapat dipilih dan diterapkan oleh guru, salah satunya melalui pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Johnson & Johnson (1992) mengemukakan bahwa ada lima ciri pokok pembelajaran kooperatif yaitu: 1) Adanya saling ketergantungan positif, 2) Adanya interaksi tatap muka, 3) Adanya akuntabilitas individual, 4) Adanya ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi, 5) Adanya evaluasi proses kelompok. Terdapat beberapa jenis dalam pembelajaran cooperative learning salah satunya adalah teknik make a match (mencari pasangan).
Teknik make a match menghadirkan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan dapat meningkatkan peran aktif dan motivasi belajar siswa. Teknik Make a Match memiliki keunggulan yaitu siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan sehingga melatih ketelitian, kecermatan dan ketepatan serta kecepatan. Dalam teknik Make a match siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Melalui tugas kelompok siswa mendorong munculnya keaktifan yang dapat meningkatkan hasil belajar. Hal tersebut tentu penting sekali untuk mencapai dan meningkatkan mutu pembelajaran PAI di SMP Negeri 15 Surakarta. Dalam mengajar, bukan sekadar menyampaikan materi kepada peserta didik melainkan juga perlu adanya keterlibatan siswa secara mental. Teknik make a match dapat diterapkan dalam mengajarkan berbagai macam materi seperti nama-nama kitab Allah SWT.
Langkah-langkah penerapan model cooperative learning teknik make a match menurut Rusman (2011) sebagai berikut : Pertama, guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi topik terkait nama-nama kitab Allah SWT serta tujuan yang ingin dicapai, (satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban). Kedua, setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. Ketiga, setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Keempat, setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. Kelima, jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman yang telah disepakati bersama. Keenam, setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. Ketujuh, siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. Terakhir, guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran Iman kepada Kitab – Kitab Allah SWT.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif jenis Make a Match dapat menjadi pilihan bagi guru dalam pengajaran PAI di SMP Negeri 15 Surakarta dikarenakan sesuai dengan karakter siswa yang masih menyukai metode belajar sambil bermain. Metode Make a Match juga dapat meningkatkan keaktifan dan kecermatan siswa. (wa2/ton)
Guru SMP Negeri 15 Surakarta