30 C
Semarang
Minggu, 28 Mei 2023

Belajar Sistem Pernafasan Manusia lewat Praktikum Bahaya Asap Rokok

Oleh: Mei Arti Setyani, S.Pd.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID, Pembelajaran biologi di SMA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta proses pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran biologi, peserta didik diarahkan untuk berpikir kritis dengan menautkan antara konsep dan konteks alamiah yang terjadi di sekitar mereka.

Proses utama dalam pembelajaran biologi tersebut adalah kegiatan praktikum yang bertujuan membantu peserta didik untuk menghubungkan objek nyata dan konsep. Hal ini akan mewujudkan hakikat biologi yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung sebagai penguatan, karena pada dasarnya ruh dari sains adalah adanya praktikum.

Woolnough dan Allsop (dalam Rustaman, 2003) mengemukakan empat alasan pentingnya kegiatan praktikum IPA. Pertama, praktikum dapat membangkitkan motivasi belajar. Kedua, praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen. Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Keempat, praktikum menunjang materi pelajaran.

Penulis melaksanakan proses pembelajaran praktikum pada kelas XI MIPA di SMA Negeri 2 Slawi dengan materi sistem pernapasan pada manusia. Praktikum yang dilakukan adalah eksperimen terkait pentingnya menjaga kesehatan saluran pernafasan. Praktikum dilakukan menggunakan alat dan bahan sederhana yang dapat diperoleh dengan mudah. Tempat praktikum bersifat fleksibel, karena dapat dilakukan di mana saja.

Penulis mengajak peserta didik praktik langsung tentang bahaya asap rokok. Kegiatan dilaksanakan secara individu di depan kelas, dan ada juga yang melaksanakannya di gazebo dengan mempersiapkan botol air mineral ukuran 1500 ml, selang air, plastisin, rokok, kertas tissu, dan pisau cutter yang sudah dibawa peserta didik dari rumah.

Pertama, membuat lubang pada tutup botol menggunakan cutter. Ukuran lubangnya menyesuaikan diameter rokok. Kemudian botol bekas air kemasan pada bagian pangkal bawah diberi lubang sebesar selang. Ujung salah satu selang dimasukan pada lubang botol dan diberikan plastisin untuk mencegah kebocoran selang. Sumbat selang dengan plastisin, kemudian botol diisi dengan air sampai penuh.

Pasang rokok pada tutup botol yang sudah diberi lubang dan nyalakan rokok. Untuk mencegah kebocoran daya hisap air, di sekitar pangkal rokok diberi plastisin. Pasang tutup botol dan dikencangkan agar tidak terjadi kebocoran daya hisap air. Lepas sumbatan pada selang buang air dan biarkan air keluar dari botol.

Bersamaan dengan keluarnya air dari dalam botol, ruang kosong yang tadinya terisi air dipenuhi oleh asap rokok. Tunggu sampai air benar-benar habis, kemudian sumbat lagi selang pembuangan air tersebut. Kemudian botol ditutup dan diberi lapisan kertas tissu pada pemukaan ujung botol. Lalu selang ditiup melalui saluran buang sehingga asap yang di dalam botol keluar melalui tissu yang berfungsi sebagai filter.

Setelah melakukan percobaan, peserta didik membuat analisis data. Kertas tissu yang semula bersih menjadi kuning kecoklatan. Hal ini menunjukkan tingginya nikotin pada asap rokok. Kertas tissu tersebut dianalogikan sebagai paru-paru manusia. Bayangkan, jika asap rokok dihirup masuk ke paru-paru dalam tempo yang lama, nikotin tersebut dapat mengendap dan menimbulkan permasalahan pada alat pernafasan.

Dari hasil percobaan tersebut, peserta didik melakukan refleksi pengalaman praktikum yang didapat dengan realitas di kehidupan nyata mengenai bahaya rokok. Kemudian peserta didik diajak untuk menguraikan apa yang dirasakan dan dialami, membuktikan konsep-konsep atau teori yang sudah ada, serta dapat mengalami proses atau percobaan itu sendiri. Siswa mengumpulkan data, menganalisis, kemudian mengambil kesimpulan. Kemudian hasilnmya dikomunikasikan kepada guru dalam bentuk laporan. Laporan boleh ditulis tangan atau diketik.

Meskipun dalam durasi terbatas dalam pembelajaran tatap muka terbatas (PTM-T), praktikum ini tidak mengurangi semangat peserta didik untuk melakukan eksperimen yang sudah lama tidak terealisasi secara offline. Hasilnya, peserta didik merasa senang dan antusias mengikuti pembelajaran biologi melalui proses pengalaman langsung yang terhubung secara realistis dengan konteks kehidupan mereka. (ump1/aro)

Guru Biologi SMA Negeri 2 Slawi


Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya