
RADARSEMARANG.ID, DI penghujung Tahun Pelajaran 2021/2022 dunia pendidikan nasional dihadapkan pada situasi sulit. Satu sisi masyarakat menginginkan pembelajaran putra putrinya 100% normal dengan kata lain pembelajaran di kelas terjadi interaksi tatap muka antara guru dan siswa. Sisi yang lain, kondisi pandemi belum menentu, bahkan di wilayah kami menurut data satgas covid pertanggal 13 Maret 2022 tercatat 9363 Positif, khusus kecamatan kami status zona berwarna merah, maknanya zona yang beresiko tinggi(Diskominfo,09-2020).
Terlepas dari kebijakan regulasi yang dikeluarkan pemerintah di lingkungan sekolah di kondisi serba terbatas ini, solusi yang mudah dan memungkinkan adalah tetap menerapkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas. Model pembelajaran yang diterapkan disamping tetap terjaga protokol kesehatan namun juga tetap menarik dan menyenangkan bagi peserta didik. Salah satu alternatif pembelajaran yang menyenangkan adalah menggunakan model make a match. Seperti yang diterapkan di SDN Brayo, Kabupaten Batang.

Model pembelajaran make a match adalah adalah sistem pembelajaran yang mengutamakan penanaman kemampuan sosial siswa terutama kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu (Wahab,2007 : 59) Penerapan model ini dimulai dengan siswa mendapat sebuah kartu biasanya kartu soal maupun jawaban kemudian secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang di pegang. Siswa yang dapat menemukan pasangannya lebih cepat akan mendapatkan point.
Model make a match dalam penggunaannya memiliki kelebihan dan kelemahan yang perlu diperhatikan oleh guru, agar pembelajaran berjalan dengan efektif dan efesien. Adapun kelebihan dari metode ini antara lain, mampu menciptakan suasana aktif dan menyenangkan, materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa, mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran, kerjasama antar siswa terwujud dengan dinamis dan munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.

Pengalaman penulis ketika menerapkan model pembelajaran ini, yakni ketika menyampaikan materi PPKn Kelas 5 KD 3.2 dan KD 4.2 ; Kewajiban dan Hak di Sekolah dan di rumah. Semangat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran sangat antusias membantu meningkatkan prestasi belajar ,karena semua siswa ikut aktif terlibat terutama untuk siswa yang biasa gaduh justru bersemangat mengikuti proses pembelajaran.
Itu adalah salah satu kiat agar dalam kondisi pembelajaran terbatas ini tetap hidup dan semangat bagi siswa dan guru tentunya. Daya cipta dan vareasi model pembelajaran itu penting bagi siswa; pertama karakter peserta didik di zaman now menyukai hal-hal yang berbeda dan menantang, kalo hanya tugas PR tidak minat lagi. Kedua, peserta didik kritis jika dihadapkan pada sesuatu ia tidak akan mudah percaya, dan pasti akan menanyakan sebab atau alasannya . Ketiga, minat membaca buku konvensional menurun, mereka lebih memilih buku digital melalui smartphone-nya, faktanya memang begitu. Keempat, ketrampilan menulis kurang disukai ,contohnya seperti menulis tugas untuk dikerjakan di rumah.
Itulah beberapa catatan penting untuk diperhatikan pendidik di zaman now, agar pembelajaran di kelas lebih diminati peserta didik, kemampuan komunikasi verbal, non-verbal perlu diterjemahkan lebih kreatif lagi bagi guru, bila ingin tetap menjadi idola bagi siswa siswi bapak ibu guru. (bat1/zal)
Guru SDN Brayo, Batang