
RADARSEMARANG.ID, Indikator keberhasilan proses pembelajaran di sekolah adalah tercapainya tujuan pembelajaran. Untuk itu, peserta didik harus dapat memahami materi yang diberikan. Pemahaman konsep materi tidak lepas dari metode pembelajaran yang diterapkan guru.
Mata pelajaran kimia bab senyawa hidrokarbon dan turunannya (sub bab isomer) mempunyai konsep abstrak. Sehingga kurang diminati karena dianggap sulit terutama bagi siswa yang memiliki pola pikir konkrit.
Cara guru menyampaikan materi menjadi penyebab kesulitan peserta didik memahami materi isomer. Umumnya guru menyampaikan dengan cara konvensional. Sehingga materi tetap abstrak bagi peserta didik.

Materi senyawa hidrokarbon (kelas XI) membahas tentang senyawa yang tersusun atas atom hidrogen (H) dan karbon (C). Dalam materi ini dipaparkan beberapa hal. Diantaranya kekhasan atom karbon, penggolongan senyawa hidrokarbon berdasarkan ikatan antar atom C-nya, dan Isomer dari senyawa hidrokarbon. Pada bagian kekhasan atom karbon dijelaskan atom membentuk 4 ikatan kovalen. Ikatan ini terjadi antara atom karbon dengan hidrogen dan antar sesama karbon membentuk suatu rantai. Di kelas XII diperluas dengan pokok bahasan senyawa turunan hidrokarbon (turunan alkana). Ada 7 turunan hidrokarbon yang dibedakan dengan adanya molekul khusus disebut gugus fungsi.
Ada senyawa hidrokarbon yang punya rumus molekul sama (jumlah dan jenis atom penyusunnya sama). Tetapi susunan atom-atomnya (strukturnya) berbeda. Kondisi seperti ini disebut dengan istilah Isomer. Pokok bahasan Isomer hidrokarbon dan turunannya tidaklah sulit. Namun membutuhkan ketelitian dan imajinasi. Hal inilah yang menyebabkan peserta didik merasa sulit dalam membuat isomer senyawa hidrokarbon dan turunannya.

Faktor lain yang menyebabkan materi sulit dipahami adalah cara guru dalam menyampaikan materi. Umumnya metode yang digunakan masih ceramah atau diskusi. Dengan menuliskan contoh isomer di papan tulis atau dengan media slide saja. Untuk beberapa anak yang memiliki pola pikir konkret akan mengalami kesulitan. Karena untuk memahami materi isomer tanpa adanya alat peraga atau media pembelajaran konkret dibutuhkan kemampuan berpikir abstrak.
Media pembelajaran merupakan alat/sarana yang dapat membantu proses pembelajaran. Digunakan menyampaikan informasi dari sumber ke peserta didik. Sehingga tercipta proses belajar yang efisien dan efektif. Jika media pembelajaran dapat dimanfaatkan secara tepat dan proporsional, proses dan hasil pembelajaran akan optimal (Wibawanto, 2017). Ada beberapa media pembelajaran yang dapat digunakan pada materi isomer. Salah satunya Magnetic Isomer Card.
Kartu isomer berbentuk persegi yang dilengkapi magnet dibagian belakang dan papan khusus yang digunakan menempelkan kartu (papan yang dapat menarik magnet). Kartu ini berjumlah banyak yang bisa dibuat dari beberapa jenis kertas tebal dan dimodifikasi sesuai kreatifitas masing-masing. Bertuliskan huruf C, H, O, CH, CH2, CH3, C2H5, tujuh molekul gugus fungsi, tanda ikatan (garis mendatar), dan lambang lain yang dibutuhkan di bagian depan kartunya.
Penggunaanya cukup mudah, peserta diberi satu set magnetic isomer card dan papan cardnya untuk membuat isomer senyawa hidrokarbon atau turunan hidrokarbon dengan menempelkan dan menyusun kartu pada papan. Peserta didik dapat mengubah-ubah susunan dan jenis kartu dengan bebas sampai ditemukan struktur yang benar dengan lebih konkret. Selain itu dapat digunakan papan kartu yang berukuran besar yang diletakkan di depan kelas, isomer dibuat dengan cara maju ke depan.
Dengan metode ini tercipta pembelajaran yang menyenangkan, kompetitif, dan kreatif. Media magnetic isomer card menjadikan materi isomer senyawa hidrokarbon dan turunannya menjadi lebih konkret. Sehingga lebih mudah dipahami peserta didik. Selain itu menjadi penunjang bagi guru untuk menciptakan pembelajaran menarik serta memunculkan kreativitas dan keaktifan peserta didik. (ump1/fth)
Guru SMAN 1 Bringin, Kab. Semarang