26 C
Semarang
Kamis, 1 Juni 2023

Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika dengan Thinking-Finding-Solving

Oleh: Siswanta, M.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID, Matematika merupakan salah satu mata pelajaran penting yang diajarkan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dalam pedoman penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dijelaskan tujuan pengajaran matematika pada pendidikan dasar (Depdiknas, 2006).

Antara lain agar siswa memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat. Serta memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu/kritis, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Di samping itu pembelajaran matematika dapat memberikan tekanan pada penataan nalar, pembentukan sikap siswa serta keterampilan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Saat ini kita berada di era abad 21, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang pesat. Sumber daya manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan adanya perkembangan iptek agar dapat bersaing secara global.

Oleh karena itu, hendaknya pembelajaran saat ini perlu disesuaikan dengan perkembangan iptek guna mencapai kompetensi era abad 21.

Selain itu, pembelajaran yang dilakukan harus dapat mengembangkan keterampilan 4C, yaitu keterampilan abad 21 yang terdiri dari keterampilan berpikir kreatif berpikir kritis berkomunikasi dan berkolaborasi (Septikasari dan Rendy, 2018).

Dengan berpegang pada empat keterampilan tersebut, diharapkan guru dapat melakukan proses pembelajaran yang menarik, kreatif, inovatif, dan mendorong siswa untuk lebih aktif sehingga akan mempermudah pencapaian keterampilan 4C.

Kondisi pandemi Covid-19 saat ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Bahkan banyak guru yang mengeluh karena harus melakukan pembelajaran jarak jauh, terutama pembelajaran secara daring (Kompas.com, 2020).

Seperti diketahui, banyak orang menganggap pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit, penuh dengan rumus, membingungkan, dan membosankan. Sehingga guru perlu mengubah mindset negatif tersebut menjadi mindset positif bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang menarik dan menyenangkan. Menurut Turmudi (2008), matematika berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari sehingga dengan segera siswa akan mampu menerapkan matematika dalam kehidupannya.

Oleh karena itu, pembelajaran yang dilakukan hendaknya memanfaatkan lingkungan sekitar siswa atau dengan kata lain pembelajaran harus “kontekstual”. Dengan demikian pembelajaran menjadi lebih menarik dan menimbulkan kesan bagi siswa (joyful and meaningful learning).

Model Thinking-Finding-Solving (TFS) mengedepankan proses berpikir kritis melalui pemanfaatan realitas dan lingkungan siswa ketika belajar dari rumah (BDR) akibat pandemi Covid-19 yang tak kunjung berakhir.

Nama model ini terdiri dari tiga kata, yaitu Thinking-Finding-Solving. “Thinking” artinya berpikir, yang merupakan pengembangan dari model Example non Example. “Finding” artinya menemukan, merupakan pengembangan dari model Realistic Mathematics Education (RME) dan Course Review Horray. Sedangkan “Solving” artinya pemecahan, merupakan pengembangan dari model Problem Based Learning (PBL).

Melalui inovasi model pembelajaran ini, diharapkan dapat membantu guru yang merasa kesulitan dalam merancang proses pembelajaran daring yang variatif dan inovatif. Selain itu, mampu terciptanya pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa selama pembelajaran daring, terutama dalam pelajaran matematika.

Model TFS memiliki beberapa keunggulan. Yakni mengembangkan pembelajaran yang konkret dan kontekstual, mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, mengembangkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah, pembelajarannya menarik perhatian siswa.

Siswa menjadi aktif saat proses pembelajaran, siswa lebih bersemangat dan merasa pembelajaran menjadi menyenangkan karena diselingi hiburan. Kemudian membina pengembangan sikap ingin tahu lebih jauh dan cara berpikir objektif-mandiri, krisis-analitis. Menekankan kemampuan siswa untuk berpikir kritis melalui hal-hal dari lingkungan sekitar mereka. Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis serta berpikir tingkat tinggi pada siswa dalam memecahkan masalah sehari-hari. (wa1/lis)

Kepala SMPN 2 Warungasem, Kabupaten Batang


Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya