RADARSEMARANG.ID, Pembelajaran bahasa inggris bagi siswa SMK pada dasarnya sama dengan pembelajaran bagi siswa SMA. Siswa diharapkan mampu menguasai kecakapan atau kemampuan dalam berbahasa Inggris yang meliputi empat keterampilan bahasa yakni listening (menyimak), writing (menulis), speaking (berbicara) dan reading (membaca). Walaupun begitu, siswa SMK diharapkan lebih memiliki ketrampilan untuk berkomunikasi dalam bahasa inggris yang lebih komunikatif agar mereka lebih siap untuk terjun di dunia kerja.
Di Indonesia, bahasa Inggris mulai diberikan sejak siswa belajar di sekolah dasar. Namun yang sering ditemui, para siswa cenderung pasif dalam berkomunikasi dalam bahasa Inggris walaupun mereka sudah duduk di bangku SMK. Hal ini tentunya akan merugikan siswa SMK ini karena keahlian dalam berbahasa Inggris menjadi salah satu tolak ukur penilaian kualitas diri seseorang ketika melamar pekerjaan. Nilai jual dari si pelamar kerja tentu akan lebih tinggi saat seseorang tersebut bisa menguasai bahasa Inggris aktif.
Menurut Ladouse (pada Nunan, 1991: 23) speaking merupakan suatu aktifitas untuk menjelaskan seseorang pada situasi tertentu ataupun aktifitas untuk melaporkan sesuatu. Speaking activity dapat diartikan sebagai kegiatan berbicara, di mana kegiatan berbicara yang dimaksud adalah berbicara dengan bahasa Inggris.
Di SMKN 1 Tempel, Kabupaten Sleman, para siswa, terutama siswa kelas X, cenderung pasif ketika mengikuti pelajaran bahasa Inggris. Ketika guru menanyakan tentang pandangan umum bagaimana pengajaran bahasa Inggris selama ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar siswa mempunyai pendapat yang sama. Pada intinya mereka senang belajar bahasa inggris karena menarik, tetapi mereka merasa kurang percaya diri untuk berkomunikasi dalam bahasa inggris.
Mereka khawatir melakukan kesalahan dan ditertawakan teman-temannya. Mereka merasa kurang menguasai kosakata (vocabulary), tata bahasa (grammar) dan juga tidak yakin dalam pengucapan kata-kata dalam bahasa Inggris (pronunciation). Karena terbiasa diam dan pasif, para siswa tidak terbiasa mengungkapkan ide secara lisan. Otomatis mereka akan sulit dan tidak percaya diri untuk tampil karena takut akan kehabisan ide atau lupa apa yang akan mereka sampaikan.
Selain kendala dari siswa, guru terkadang juga kurang dapat memberikan rangsangan ke siswa agar mereka termotivasi untuk berbicara dalam bahasa Inggris. Guru tidak memberikan lingkungan belajar yang menarik bagi siswa agar mereka mau dan mampu untuk berkomunikasi aktif. Kurangnya sumber belajar dan juga juga media belajar yang cocok diterapkan untuk mengeksplorasi kemampuan siswa membuat mereka cenderung pasif di kelas. Terlebih bila guru masih menerapkan model pembelajaran ceramah dan kegiatan belajar yang terpusat pada guru.
Tugas guru sangatlah penting untuk selalu memotivasi para siswa agar mau berkomunikasi dalam bahasa inggris. Para siswa tidak perlu merasa takut dan ragu bila berkomunikasi dalam bahasa inggris. Siswa juga perlu menyadari bahwa jika mereka mau belajar dengan sungguh-ungguh, rajin mengerjakan soal dan latihan, maka dengan sendirinya mereka akan terbiasa dengan soal-soal yang diberikan, mulai dari yang mudah ke yang sulit, dan dengan sendirinya mereka akan memahami bahasa Inggris itu. Dan bila sudah menguasai bahasa Inggris dengan baik, maka kepercayaan diri mereka akan meningkat.
Guru juga harus selalu belajar dan berusaha untuk mengupgrade kemampuan mengajarnya agar dapat memberikan metode mengajar yang menarik bagi siswa. Namun, guru juga harus menggunakan kreativitasnya agar dapat menciptakan proses pembelajaran menyenangkan yang akan membantu siswa pandai dalam pelajaran bahasa Inggris. Semoga dengan kerja sama yang baik antara guru dan siswa, proses belajar mengajar bahasa Inggris di kelas akan meraih hasil yang membahagiakan bagi semua. (ump1/ton)
Guru SMK Negeri 1 Tempel, Kabupaten Sleman