RADARSEMARANG.ID, Mendidik adalah menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap materi yang disampaikan kepada anak. Penanaman nilai-nilai ini akan lebih efektif apabila dibarengi dengan teladan yang baik dari gurunya yang akan dijadikan contoh bagi anak. Dengan demikian diharapkan siswa dapat menghayati nilai-nilai tersebut dan menjadikannya bagian dari kehidupan siswa itu sendiri.
Jadi peran dan tugas guru bukan hanya menjejali anak dengan semua ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) dan menjadikan siswa tahu segala hal. Akan tetapi guru juga harus dapat berperan sebagai pentransfer nilai-nilai (transfer of values).
Sesuai permasalahan yang terjadi di kelas 1-6 SDN Tanjungsari, Kecamatan Kajen yang kurang kreatifnya guru dalam menggunakan metode-metode pembelajaran yang menarik. Maka guru mengubah metode pembelajaran yang konvensional menjadi metode yang modern supaya siswa tertarik untuk belajar, terutama pada dalam pembelajaran hafalan doa.
Peserta didik yang beragama Kristen mengalami penurunan hasil belajar. Hal ini untuk memperbaiki masalah dalam proses pembelajaran harus disadari dengan kreatifitas guru. Metode yang diterapkan adalah metode tiru dan ingat.
Perubahan cara dalam menyajikan sesuatu kebudayaan itu jarang atau sedikit sekali terjadi karena mereka mudah puas, dan seringkali pula terjadi bahwa perubahan itu dianggap tabu atau terlarang. Cara-cara (menyajikan sesuatu) atau metode mengajar yang digunakan dalam masyarakat yang belum maju itu adalah metode tiru dan ingat (Imitation and Memoriter Method).
Metode meniru dan mengingat mengalami perkembangan setelah metode itu digunakan oleh bangsa Romawi. Bangsa Romawi bukanlah suatu bangsa yang menciptakan metode-metode dalam bidang pendidikan. Metode mengajar yang digunakan bangsa Romawi adalah ciptaan bangsa Greeka (perlu diingat bahwa bangsa Romawi pernah menaklukkan dan menjajah bangsa Greeka).
Langkah-langkah melakukan metode meniru dan mengingat dalam belajar hafalan doa antara lain : Satu, guru memilih bahan bacaan. Kedua, guru membacakan doa. Bahan itu dibacakan dengan keras di depan murid. Dalam membaca itu guru harus memperhatikan ucapan setepat-tepatnya. Ketiga, menerangkan isi, bila perlu diselingi supaya siswa mengenal arti bacaan. Keempat, meminta siswa untuk menirukan perkalimat secara berulang-ulang. Kelima, dari langkah satu sampai keempat diulang sampai bacaan selesai. Keenam, menghafalkan bacaan secara bersam-sama.
Teknik yang tepat untuk membiasakan anak dalam menghafalkan doa Al Ketujuh, sebagian kelompok membacakan doa secara bersamaan sedangkan kelompok yang lainnya berdiam menyimak, tujuannya supaya saling mengoreksi kesalahan. Ketujuh, tes bacaan mandiri.
Proses pembelajaran dengan metode tiru dan amati akan menjadi lebih ringan dan mudah, karena guru hanya menyediakan bahan yang dijadikan bahan hafalan anak. Dalam proses pembelajaran diharapkan dapat menggali potensi yang dimiliki oleh setiap orang dalam sebuah pembelajaran. Agar kemampuan yang dimiliki mampu berkembang lebih maju jika dilakukan secara maksimal. (cd3/lis)
Guru Kelas PAK SDN Tanjungsari, Kec. Kajen, Kabupaten Pekalongan