25 C
Semarang
Selasa, 21 Maret 2023

Menanamkan Nilai-Nilai Moderasi Beragama pada Pembelajaran PAI-BP

Oleh: Rohadi, S.Pd.I

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID, Pendidikan adalah suatu pondasi dalam hidup yang harus dibangun dengan sebaik mungkin. Secara umum, pendidikan adalah proses pembelajaran pengetahuan, keterampilan, serta kebiasaan yang dilakukan oleh individu dari satu generasi ke generasi lainnya. Proses pembelajaran ini melalui pengajaran, pelatihan, dan penelitian. Adanya pendidikan juga dapat meningkatkan kecerdasan, akhlak mulia, kepribadian, serta keterampilan yang bermanfaat, baik itu untuk diri sendiri maupun masyarakat umum.

Terkait dengan makna dan tujuan pendidikan di atas, penulis akan mengimplementasikan isu-isu nasional yang pada saat ini sedang menjadi tranding-nya Kementerian Agama Republik Indonesia terkait dengan Nilai-Nilai Moderasi Beragama yang harus ditanamkan kepada peserta didik. Hal ini sebagai langkah preventif untuk memutus dan mematahkan tangkai radikalisme beragama pada kehidupan peserta didik di SD Negeri 2 Bebengan, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal pada masa perkembangan diri di masa depannya.

Balai Penelitian dan Pengembangan Agama pada Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2021 menjadikan tranding istilah moderasi beragama dibumikan dan digaungkan di Indonesia. Moderasi beragama adalah cara pandang dalam beragama secara moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrim. Baik ekstrim kanan (pemahaman agama yang sangat kaku) maupun ekstrim kiri (pemahaman agama yang sangat liberal). Pada dasarnya normatif Islam itu sendiri punya watak wasathoniyah, moderasi. Alquran menyebut ummatan wasathan (tengah, adil, pilihan (tafsir QS Al-Baqarah 143).

Baca juga:  Belajar Huruf Hijaiyah Asyik dengan Model Tebak Kata

Dalam hadits nabi juga disebutkan “Sebaik-baik perkara adalah yang tengah-tengah (HR.Al-Baihaqi).

Menurut M Daud Yahya ( LP2M UIN Banjarmasin, 2021), moderasi beragama merupakan jalan tengah pemahaman dan pengamalan antara tatharruf tasyaddud (ekstrim keras radikal, ekstrim kanan) dan tatharruf tasahhul (ekstrim meremehkan, ekstrim kiri), antara ifrath (terlalu berlebihan) dan tafrith (terlalu berkekurangan), antara ekstrim eksklusif kebenaran tunggal dan ekstrim semua benar, antara ekstrim lahiriah dan ekstrim batiniah, antara ekstrim absolutisme dan ekstrim relativisme, antara ekstrim tekstual yang terlalu kaku, dan ekstrim kontekstual yang terlalu lentur”.

Indikator moderasi beragama secara umum yakni tawasuth (pertengahan), tasamuh (toleran), tawazun (seimbang), i’tidal (konsisten, tegas dan berlaku adil). Selain itu dikenal pula indikator syura (musyawarah), musawah (egaliter), ishlah (reformasi), aulawiyah (mendahulukan yang prioritas), tathawwur wal ibtikar (dinamis dan inovativ), dan tahadhdhur ( berkeadaban).

Baca juga:  Pembelajaran Strategi Dakwah dan Perkembangan Islam dengan Market Place Activity

Dikenal pula indikator pilihan terbaik dengan mengambil kebaikan yang ada di antara dua ekstrim. Ada yang tetap, dan ada yang berubah. Ada yang rasional/tidak kaku dan ada yang menerima apa adanya), memelihara/meningkatkan nllai-nilai lama yang masih relevan dan mengambil/mengupayakan nilai-nilai baru yang lebih relevan).

Strategi penguatan moderasi beragama dilaksanakan melalui integrasi ilmu, yakni integrasi ilmu umum dengan ilmu agama dan sebaliknya integrasi ilmu agama dengan ilmu umum seperti ilmu umum tentang kearifan lokal, kebangsaan, dunia global dan sebagainya. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan dan 4 pilar kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Binneka Tunggal Ika). Bagi guru Pendidikan Agama Islam-Budi Pekerti (PAI-BP) selain menguasai integrasi ilmu, pendidikan kewarganegaraan dan 4 pilar kebangsaan, tetapi juga tentang moderasi beragama.

Moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari peserta didik di SD Negeri 2 Bebengan, Kecamatan Boja, Kendal tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab GPAI.

Sudah barang tentu terjalinnya kerja sama yang baik antara semua pihak akan sangat membantu, di antaranya: Perlu penguatan Tri Pusat Pendidikan, yakni pendidikan keluarga, pendidikan masyarakat, pendidikan formal; Perlu tindak lanjut dan evaluasi serta kerjasama dengan orang tuaa peserta didik; Kebijakan dan regulasi pemerintah untuk moderasi beragama; Perlu komprehensif untuk mewujudkan arus utama moderasi beragama melalui sinergitas, kolaborasi semua pihak, semua aspek pendekatan keilmuan , semua aspek sudut pandang sisi kehidupan baik ekonomi, sosial, politik, psikologi dan lain-lain.

Baca juga:  Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa dengan ICM

Moderasi beragama mewujudkan Islam sebagai agama rahmat semesta alam. Di mana ajaran Islam seyogyanya menjadi rahmat di manapun ia berada, baik bagi diri sendiri, keluarga, alam ghaib, flora-fauna, lingkungan, tingkat lokal, nasional maupun global. Sehingga menjadi khairu ummah, unggul dalam fastabiqul khairat. Diharapkan terwujud peradaban tinggi, berbudaya tinggi, keamanan, toleransi, tanpa kekerasan, santun, perdamaian, hidup bersama, dan bekerja sama dalam keragaman, memberi keberkahan dan kebermanfaatan, keadilan, kemajuan, sejahtera lahir batin, bahagia lahir batin, seperti bayang-bayang gambaran perumpamaan surga di akhirat kelak. (kd/aro)

Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SD Negeri 2 Bebengan, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal


Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya