
RADARSEMARANG.ID, SEJAK pandemi Covid-19 melanda dunia awal 2020 lalu, telah banyak merusak sistem kehidupan manusia. Salah satu upaya pencegahan penyebaran covid-19 yang dilakukan pemerintah Indonesia adalah pada sektor pendidikan.
Kebijakan yang diambil oleh pemerintah Indonesia yaitu meliburkan seluruh kegiatan belajar mengajar, hal tersebut tentunya membuat pemerintah dan lembaga pendidikan harus mencari cara agar kegiatan pembelajaran tetap berlangsung walaupun pada saat pandemi.

Sesuai dengan Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Covid 19 menganjurkan untuk melaksanakan proses pembelajaran dari rumah atau menggunakan e-learning. Inilah yang menuntut Kepala Sekolah dan para guru untuk menunjukkan inovasi pembelajaran.
Salah satu inovasi yang dilakukan sekolah adalah dengan menerapkan pembelajaran berbasis Blended Learning. Blended Learning mengacu pada belajar yang mengombinasi atau mencampur antara pembelajaran tatap muka (face to face) dan pembelajaran berbasis internet (online) (Idris, 2018; Wardani et al., 2018).

Blended Learning merupakan jenis pembelajaran yang menggabungkan pengajaran klasikal (face to face) dengan pengajaran online. Blended Learning menggabungkan aspek pembelajaran berbasis web/internet, streaming video, komunikasi audio synchronous dan asynchromous dengan pembelajaran tradisional ‘tatap muka’ (Sjukur, 2013).
Metode blended learning adalah metode yang menggunakan dua pendekatan sekaligus. Dalam artian, metode ini menggunakan sistem daring sekaligus tatap muka maya melalui video conference.
Jadi, meskipun pelajar dan pengajar melakukan pembelajaran dari jarak jauh, keduanya masih bisa berinteraksi satu sama lain. Panambaian (2020) memaparkan bahwa hal yang tidak kalah penting dalam program blended learning adalah memperbanyak interaksi antara guru dan siswa.
Hal ini disebabkan oleh faktor jarak yang tidak mengizinkan adanya pertemuan guru dan siswa secara langsung di dalam kelas. Maka, ketika terjadi pembelajaran di dalam jaringan, seorang guru seyogyanya menghidupkan suasana belajarnya dengan terus memberikan stimulus-stimulus yang memancing siswa untuk berkomunikasi berkala dengan guru.
Bahkan tidak menutup kemungkinan untuk berkomunikasi antar siswa dalam kelas dengan perihal membahas tugas-tugas yang telah ditentukan oleh guru. Melalui pembelajaran Blended Learning, peserta didik dituntut untuk lebih aktif. Dengan keterlibatan dan partisipasi dalam proses pembelajaran, Blended Learning dapat meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik. Selain itu, adanya interaksi dalam model pembelajaran.
Pada akhirnya model pembelajaran inovatif dengan blended learning bisa menjadi alternatif yang bisa dilaksanakan guru dalam pembelajaran dan bisa memungkinkan siswa dapat merdeka dalam belajar karena dengan blended learning selain siswa belajar di kelas secara biasa.
Siswa juga secara online dapat belajar secara mandiri, bebas mencari sumber bahan dan informasi untuk menyelesaikan tugas kelas, mandiri menggunakan gadget sebagai media dan sumber belajar sesuai kecenderungan anak-anak milenia yang lebih senang belajar dengan gadget, dan siswa bisa bebas menentukan jadwal sendiri kapan mengakses kelas onlinenya serta dimana dia akan mengkasesnya. Seperti di SD Randugunting 1 Kota Tegal. (nov1/zal)
Guru SD Randugunting 1 Kota Tegal