
RADARSEMARANG.ID, MEMBACA teks berhuruf Jawa merupakan salah satu Kompetensi Dasar yang tidak disenangi oleh peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Jawa. Bayangan sulitnya menghafal bentuk-bentuk huruf yang rumit juga banyaknya kaidah penulisan aksara Jawa yang harus dihafal. membuat pelajar enggan untuk mempelajari apalagi memperdalam penguasaan membaca teks berhuruf Jawa.
Para praktisi terutama para pendidik semakin kesulitan mengajarkan materi yang wajib diajarkan ini, sementara media penunjang interaktif untuk mempermudah proses pembelajaran sangat jarang dijumpai. Beberapa keluhan lain yang sering dialami guru bahasa Jawa yaitu: pembelajaran bahasa Jawa kurang diminati siswa, kompetensi yang dimiliki siswa tidak bisa dimaksimalkan pencapaiannya.

Pembelajaran membaca teks naratif berhuruf Jawa diajarkan pada kelas VII semester 1. Banyak siswa kelas VII khususnya di SMP Negeri 2 Semarang tidak bisa membaca teks berhuruf Jawa. Jangankan membaca beberapa kalimat berhuruf Jawa, membaca satu kalimat saja terkadang tidak bisa. Salah satu cara untuk meningkatkan motivasi siswa membaca teks berhuruf Jawa adalah dengan mengadakan variasi guru dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Hal tersebut dapat dengan mengubah metode, strategi, pendekatan ataupun penggunaan media-media pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa. Namun sangat disayangkan, karena tidak semua guru menyadari akan pentingnya variasi dalam mengajar bagi siswa.

Berdasarkan uraian di atas diperlukan adanya strategi pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Strategi pembelajaran inovatif banyak sekali, diantaranya adalah teknik kepala bernomor atau biasanya disebut Numbered Head Together (NHT). Menurut Kagan (1992) strategi NHT adalah strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat untuk materi pembelajaran yang diajarkan.
Metode ini termasuk ke dalam jenis model diskusi kelompok berbasis pembelajaran kooperatif yang lebih menekankan kepada pengajaran individual meskipun tetap menggunakan pola kooperatif. Ibrahim (2000:6) mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menggunakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tidak semua metode pembelajaran akan cocok dengan jenis materi pelajaran yang disajikan di depan siswa.
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode NHT yang adalah membagi kelas ke dalam lima kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan enam orang. Setiap orang dalam kelompok diberi nomor kepala (1-6) yang terbuat dari kertas HVS ukuran 5 x 5 cm. Kemudian penulis membagikan lembar kerja kepada masing-masing kelompok berupa 6 kalimat aksara Jawa yang diberi nomor 1 sampai 6. Kalimat yang diberi nomor 1 untuk siswa yang bernomer kepala 1 dan seterusnya.
Tugas kelompok yang pertama adalah menerjemahkan kalimat yang menggunakan aksara Jawa ke dalam huruf latin. Tugas ini dilakukan oleh setiap anggota kelompok sesuai dengan nomor yang diperoleh. Jadi tugas ini bersifat individu,meskipun demikian setiap anggota kelompok yang mengalami kesulitan boleh bertanya kepada anggota kelompok yang lain.
Tugas pertama ini diberi batasan waktu sekitar lima belas menit. Setelah lima belas menit, semua siswa harus berhenti menerjemahkan. Kemudian penulis menyebut satu nomer dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomer yang sama mengangkat tangan dan maju ke depan kelas untuk memberikan jawaban yang telah ditulisnya. Begitu seterusnya sampai enam kalimat tadi terjawab.
Tugas kelompok yang kedua adalah menyusun kalimat yang sudah diterjemahkan tadi menjadi satu paragraf cerita yang utuh. Supaya kegiatan lebih menarik dan bersemangat, batasan waktu untuk mengerjakan berupa pemutaran musik Jawa berdurasi 5 menit dari HP. Begitu musik berhenti semua kelompok harus menghentikan aktifitasnya. Kemudian penulis menunjuk perwakilan masing-masing kelompok untuk mempresentasikan jawabanya.
Bagi kelompok yang jawabanya paling benar akan mendapatkan hadiah berupa permen yang disusun seperti kalung dan kemudian disematkan pada wakil kelompok yang maju. Sebaliknya bagi kelompok yang masih kurang baik jawabanya diberi hukuman berupa menari dengan iringan musik Jawa.
Dengan demikian pembelajaran membaca teks naratif berhuruf Jawa menggunakan metode NHT untuk siswa kelas VII semester 1 dirasa penulis sangat tepat karena dapat mengukur hasil belajar siswa sesuai kemampuannya dan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. (fkp2/zal)
Guru SMPN 2 Semarang