31 C
Semarang
Minggu, 26 Maret 2023

Model PjBL : Upaya Meningkatkan Keterampilan Abad 21

Oleh : Etiek Yuliawati, S.Si

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID, Perkembangan dunia abad 21 ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam segala segi kehidupan. Termasuk dalam proses pembelajaran. Dunia kerja menuntut perubahan kompetensi. Kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan berkolaborasi menjadi kompetensi penting dalam memasuki kehidupan abad 21. Sekolah dituntut mampu menyiapkan siswa memasuki abad 21.

Kehidupan abad 21 menuntut adanya keterampilan siswa untuk siap menghadapi tantangan dan persaingan global. Menurut National Education Association (2002), terdapat 18 macam 21st century skills yang perlu dibekalkan pada setiap individu. Salah satunya learning and innovation skills yang terdiri dari 4 aspek. Yaitu critical thinking (berpikir kritis), communication (komunikasi), collaboration (kolaborasi/ kerja sama), dan creativity (kreativitas).

Menurut Kemendikbud, keterampilan abad 21 dapat dikembangkan melalui berbagai model pembelajaran berbasis aktivitas yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan materi pembelajaran.

Terdapat enam model pembelajaran yang bisa menunjuang kapasitas siswa dalam abad 21 ini. Yakni Problem Based Learning, Discovery Learning, Production Based Training, Inquiry Learning, Project Based Learning,Teaching Factory.

Baca juga:  Asyiknya Belajar Suhu dan Kalor dengan Model PBL Berbantuan Media Karpas

Dalam kurikulum prototipe 2022, pembelajaran dirancang berbasis projek. Pembelajaran berbasis projek merupakan salah satu model pembelajaran yang berpusat pada proses, relatif berjangka waktu, berfokus pada masalah.

Pembelajaran berbasis projek lebih menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa dan menempatkan guru sebagai fasilitator, pelatih, penasihat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai daya imajinasi dan kreasi siswa. Sementara siswa bekerja secara aktif di dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling mengajarkan dan membantu temannya, membentuk pengetahuan sendiri.

Menurut Masriah (2019), peran guru dalam pembelajaran berbasis projek di antaranya merencanakan dan mendesain pembelajaran, membuat strategi pembelajaran, menilai siswa dengan cara transparan dengan berbagai macam penilaian.

Sedangkan peran siswa menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir, melakukan riset sederhana, mempelajari ide dan konsep baru. Belajar mengatur waktu dengan baik, melakukan kegiatan belajar sendiri atau kelompok. Juga mengaplikasikan hasil belajar melalui tindakan, serta melakukan interaksi sosial seperti wawancara, survei, dan observasi.

Baca juga:  Optimalkan Hasil Belajar Suhu dan Kalor dengan Learning Cycle

Manfaat pembelajaran berbasis projek adalah sebagai berikut : pertama dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran. Kedua, dapat meningkatkan kemampuan dalam pemecahan masalah.

Ketiga, dapat membuat siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah yang kompleks, yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa. Keempat, dapat meningkatkan keterampilan dalam mengelola sumber, bahan, atau alat untuk menyelesaikan tugas. Kelima, dapat meningkatkan kemampuan kolaborasi.

Keenam, mendorong siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi. Ketujuh, meningkatkan motivasi belajar. Kedelapan, melibatkan siswa untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkkan pengetahuan yang dimiliki, selanjutnya diimplementasikan dalam dunia nyata.

Pembelajaran berbasis proyek juga memiliki kelemahan. Antara lain membutuhkan waktu yang relatif lama, biaya yang lebih banyak. Banyak tenaga pendidik yang nyaman dengan kelas tradisional, sehingga malas menerapkan model pembelajaran ini. Siswa yang memiliki kelemahan dalam penelitian dan percobaan akan mengalami kesulitan.

Baca juga:  Bergembira dengan Klasifikasi Dikotom, Walau PJJ

Juga adanya siswa yang kurang aktif saat bekerja dalam kelompok. Ketika topik yang diberikan tiap kelompok berbeda-beda, dikhawatirkan siswa tidak memahami topik dari kelompok lain.

Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan ide kreatif guru. Seperti dapat menggunakan metode team teaching dalam pembelajaran. Sehingga antarguru dapat bekerja sama menjadikan suasana kelas lebih kondusif. ]

Guru harus memfasilitasi siswa dalam menghadapi masalah, membuat batasan waktu penyelesaian proyek, meminimalis dan menyediakan peralatan sederhana yang berada di sekitar lingkungan. Memilih lokasi penelitian yang relatif terjangkau sehingga tidak membutuhkan waktu dan biaya yang lebih. (ms2/lis)

Guru IPA SMPN 3 Sawangan, Kabupaten Magelang


Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya