
RADARSEMARANG.ID, Umumnya mata pelajaran PPKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mengandalkan hafalan sebagai kunci keberhasilan. Padahal sejatinya PPKn merupakan pelajaran yang membutuhkan pemahaman bukan hanya sekedar hafalan.
Ada beberapa faktor mempengaruhi tujuan dari pembelajaran PPKn masih belum tercapai. Diantaranya cara penyampaian materi guru hanya sekedar menyampaikan. Tanpa memperhatikan apakah peserta didik sudah benar-benar paham atau belum. Faktor lain peserta didik menganggap pelajaran PPKn adalah pelajaran yang mudah. Sebab tinggal membaca materi dalam buku tanpa memahami maksud dan tujuan dari pembelajaran PPKn.

Pelajaran PPKn juga masih dipandang peserta didik sebagai pelajaran membosankan. Karena di sekolah masih mengedepankan hafalan. Sehingga materi yang disampaikan hanya bersifat sementara. Peserta didik hanya menghafal tanpa memahami makna dari materi yang diajarkan.
Hasil penelitian, di kelas XI SMA Negeri 3 Pemalang peserta didik kurang antusias dalam mengikuti pelajaran PPKn. Masih kesulitan memahami pelajaran PPKn. Khususnya materi sistem hukum dan peradilan Indonesia.

Dengan permasalahan tersebut, perlu adanya alternatif untuk memecahkan masalah dalam pelajaran PPKn, salah satunya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Word Square. Model pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang menggunakan kotak-kotak berupa teka-teki silang sebagai alat dalam menyampaikan materi ajar dalam proses belajar mengajar Istarani (2016: 224). Jadi, membuat kotak adalah media utama dalam menyampaikan materi ajar.
Kotak-kotak yang dipersiapkan akan diisi peserta didik atau mengarsir huruf-huruf yang ada yang merupakan jawaban dari pertanyaan yang dipersiapkan guru. Dengan demikian ada dua hal dalam menggunakan model pembelajaran ini. Yaitu membuat kotak, dan pertanyaan dalam rangka mengisi kotak.
Menurut Istarani (2006: 223) model pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti mengisi teka-t silang. Bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf / angka penyamaran atau pengecoh.
Model pembelajaran ini guru dituntut untuk dapat meningkatkan kreativitas dalam pembelajaran. Artinya guru aktif dan sebaliknya peserta didik juga harus aktif. Suatu pembelajaran baik adalah apabila terdapat keterlibatan antara guru dan peserta didik seimbang.
Langkah-langkah model pembelajaran Word Square. Pertama, Guru mempersiapkan lembaran kerja yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar. Kedua, Guru menyampaikan materi. Ketiga, Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh. Keempat, Peserta didik menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban.
Kelima, Berikan poin setiap jawaban dalam kotak. Keenam, peserta didik yang mewakili kelompok menunjukan jawaban word square di papan tulis. Kelompok lain memberi tanggapan hasil kerja kelompok tersebut. Pada akhir kegiatan guru memberi penguatan sesuai materi pelajaran.
Dari pengamatan dan penelitian kami dalam proses pembelajaran PPKn Kelas XI di SMA Negeri 3 Pemalang, ternyata penerapan model pembelajaran Word Square dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar peserta didik pada materi sistem hukum dan peradilan di Indonesia. (bk1/fth)
Guru PPPKn SMAN 3 Pemalang