
RADARSEMARANG.ID, DI era merdeka belajar ini, kita sebagai manusia pembelajar bebas mengeksplorasi ilmu pengetahuan dari berbagai sumber atau referensi, menggunakan beragam media dan tempat belajar indoor maupun outdoor. Tentu saja hal ini dapat menjadi jembatan aktualisasi diri bagi guru dan siswa untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran atau pembimbingan sesuai dengan apa yang diinginkan dan dibutuhkan.
Pergeseran paradigma dalam konsep belajar nampaknya mulai terlihat dari tahun ke tahun sesuai dengan pengalaman, situasi dan kondisi serta kemajuan ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia. Konsep merdeka belajar mengemas keunikan cara berpikir masing-masing individu. Hal ini akan lebih kuat tertanam bila mental belajar positif telah dimiliki individu.

Tekanan dalam belajar membuat siswa mudah stress sehingga mereka sulit memahami pelajaran yang diberikan. Oleh karenanya, siswa membutuhkan suasana yang rileks dan tenang dalam kegiatan belajarnya. Selain suasana yang mendukung, mental positif dalam belajar yang dimiliki siswa akan membantu mengatasi stress selama proses belajar di rumah maupun di sekolah. Menurut Napoleon Hill (TambahPinter.com, 2020) mental positif atau positive mental attitude adalah sikap mental yang membangkitkan rasa ingin berhasil melalui sikap optimis. Sikap optimis yang dimiliki akan mendorong rasa percaya diri dan siap menghadapi berbagai tantangan dalam hidup.
Sebagian besar siswa kelas IX SMP Negeri 15 Surakarta memiliki mental positif belajar yang harus ditingkatkan karena rasa percaya diri yang kurang dengan kemampuan yang dimiliki. Terlihat dalam proses kegiatan belajar mengajar ataupun bimbingan klasikal, dimana mereka ragu-ragu memberikan opini atau menjawab pertanyaan dari materi yang sedang dibahas karena merasa takut atau malu berbicara di forum bila memberi opini yang kurang tepat, memilih diam atau menyetujui pendapat guru atau teman dan sering berpikir telalu lama dalam menjawab pertanyaan atau tugas yang bersifat umum kemudian saat ditunjuk untuk memberikan jawaban lebih memilih tersenyum atau menggelengkan kepala. Dengan kondisi tersebut, kemampuan yang dimiliki tidak dapat ditunjukkan dan terpendam begitu saja dalam pikiran tanpa diketahui orang lain padahal bisa saja opini yang disampaikan dapat menjadi pencerahan untuk teman-teman dan guru atau sebagai jalan pembuka opini-opini lainnya sehingga memunculkan pengetahuan/wawasan baru.

Guru sebagai agent of change pendidikan, berperan penting membangun mental positif dalam belajar agar siswa kuat menghadapi tantangan dan hambatan selama proses belajar. Guru harus belajar untuk memahami individual differences (perbedaan kemampuan dan karakter siswa), menjadi motivator bagi siswa (membangkitkan semangat dengan kata-kata positif), memberikan suasana kondusif dalam kegiatan belajar mengajar (suasana yang menyenangkan, misalnya dengan memberikan game dan humor segar), mampu memberikan stimulus pada siswa terkait materi yang sedang dibahas (memancing opini siswa dengan kata kunci, suatu kejadian, pengalaman atau perbandingan). (pr2/zal)
Guru SMPN 15 Surakarta