
RADARSEMARANG.ID,Bimbingan konseling (BK) membantu peserta didik dalam tugas perkembangannya agar peserta didik memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memiliki sikap positif terhadap perkembangan fisik dan psikisnya. Memiliki sikap mandiri secara emosional dan sosial ekonomi. Memiliki pola hubungan sosial yang baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Selain itu, memiliki prestasi belajar yang lebih baik, mampu merencanakan dan mengembangkan karirnya.
Pembimbingan BK merupakan bantuan yang memfasilitasi perkembangan peserta didik dalam menjalani pengalaman bimbingan di kelas. Dengan demikian, usaha pembimbingan BK perlu dilaksanakan secara optimal agar perkembangan peserta didik dapat berjalan secara maksimal.

Menurut pedoman pelaksanaan bimbingan dan konseling, konselor/guru BK dalam memahami perkembangan anak dapat melalui sembilan bimbingan. Yaitu layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok 8, konsultasi dan layanan mediasi (Drs. Tohirin, M.Pd).
Bimbingan konseling di SMP masih berorientasi pada metode konvensional yakni kegiatan ceramah oleh guru. Sementara siswa hanya sebagai pendengar sehingga kompetensi yang dimiliki siswa tidak bisa berkembang optimal.

Selain itu, kemampuan siswa-siswa cenderung rendah karena mayoritas siswa SMPN 15 Surakarta berprestasi dalam bidang olahraga. Seperti sepak bola, voli, dan cabang olahraga atletik lainnya. Kegiatan latihan, biasanya dilakukan pada saat hari efektif pada jam ke-0 yaitu pukul 05.30 – 06.30.
Oleh karena jadwal pelatihan yang sangat padat dan lokasi latihan atau lapangan berdekatan dengan lokasi SMPN 15 Surakarta, sehingga siswa dapat istirahat sebentar. Segera ganti baju seragam untuk segera mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas.
Pada saat kegiatan belajar mengajar banyak siswa yang lelah, ngantuk, kurang bersemangat dan sebagainya. Untuk mengatasi itu penulis menggunakan metode pembelajaran role playing atau bermain peran.
Penerapan metode ini untuk melatih siswa agar mampu menyelesaikan masalah sosial psikologis sekaligus melatih siswa agar dapa bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.
Sebagai guru BK menerapkan metode role playing dalam pemahaman materi bimbingan dan konseling. Penerapan metode ini menitikberatkan pada kemampuan siswa untuk memhaami materi bimbingan secara menyeluruh, sehingga mampu memberikan manfaat yang besar pada kemampuan afektif maupun kognitif.
Menurut Zuhaerini (1983: 25) metode kooperatif role playing melalui beberapa tahap. Yaitu tahap memotivasi kelompok, memilih peran dan menyiapkan pengamat, menyiapkan tahap-tahap permainan peran, pemeranan, diskusi dan evaluasi, pemeranan kelas, diskusi evaluasi lanjutan, pembagian pengalaman dan penatikan generalisasi.
Hal yang diperlukan dalam mengukur sejauh mana bermain dapat memberikan manfaat dan pemahaman terhadap pelajaran kepada siswa, yaitu kualitas pemeranan, analisis yang dilakukan melalui diskusi setelah pemeranan, persepsi siswa terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan denga situasi nyata dalam kehidupan yang dikaitkan dengan materi pokok bahasan dalam pembelajaran, dan produk keberhasilan pemeranan.
Setelah diamati, terjadi peningkatan baik motivasi maupun kemampuan siswa. Terbukti dari peran serta siswa dalam bimbingan cukup tinggi. Kemampuan siswa dalam kelompok dilanjutkan dengan kemampuan siswa dalam membuat atau melaksanakan layanan.
Dapat disimpulkan dengan role playing dalam memahami materi layanan bimbingan dan konseling membuat siswa lebih bersemangat, kelas terasa hidup, siswa sangat antusias. Siswa dapat menyampaikan pendapatnya, meningkatkan daya nalar atau daya pikir siswa. Pembelajaran atau layanan BK lebih bermakna, dan meningkatkan tanggung jawab siswa.
Melalui penerapan metode role playing dalam memahami materi layanan BK di SMPN 15 Surakarta terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik kelas 7, 8, maupun kelas 9. Selain itu, juga dapat memotivasi minat dan semangat, serta membangun keaktifan siswa dan dapat diterapkan di beberapa kondisi siswa, sekolah, dan berbagai lapisan masyarakat. (ra1/lis)
Guru Bimbingan dan Konseling SMPN 15 Surakarta