
RADARSEMARANG.ID, BELAJAR dalam kontek PAKEM dimaknai sebagai proses aktif dalam membangun pengetahuan atau membangun makna. Dalam prosesnya seorang siswa yang sedang belajar, akan terlibat dalam proses sosial.
Proses membangun makna dilakukan secara terus menerus (sepanjang hayat). Makna belajar tersebut didasari oleh pendangan kontruktivisme.

Kontruktivisme merupakan suatu pandangan mengenai bagaimana seseorang belajar, yaitu menjelaskan bagaimana manusia membangun pemahaman dan pengetahuan mengenai dunia sekitar melalui pengenalan terhadap benda-benda disekitarnya yang direfleksikannya melalui pengalamannya. Untuk mengimplementasikan konstruktivisme di kelas, kita harus memiliki keyakinan bahwa ketika peserta didik datang ke kelas.
Otaknya tidak kosong dengan pengetahuan, mereka datang ke dalam situasi belajar dengan pengetahuan, gagasan, dan pemahaman yang sudah ada dalam pikiran mereka.

Rusman (2014: 323) mengatakan bahwa: pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak (student centred learning). Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) terdiri dari lima unsur.
Tantangan kondisi saat ini diantaranya: perkembangan IPTEK, POLITIK, SOSBUD yang semakin cepat dan banyak perubahan, laju teknologi komunikasi informasi yang tinggi, sumber belajar semakin beragam, tuntutan kemandirian, kerja sama, kemampuan melakukan relasi sosial, kemampuan untuk berfikir kritis, memcahkan masalah.
Semua itu harus dibekali kepada siswa agar mampu bersaing dalam era globalisasi, era otonomi, dan era pasar terbuka. Banyaknya perubahan yang terjadi di lingkungan kita, menuntut perubahan-perubahan dalam pembelajaran.
PAKEM merupakan suatu singkatan dari P: Pembelajaran, A: Aktif, K: Kreatif, E: Efektif, dan M: Menyenangkan.
Pada dasarnya, PAKEM didasarkan pada Undang-undang No. 20 tentang Sisdiknas, pasal 40, dimana salah satu ayatnya berbunyi: “Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dan dialogis. Dan PP No. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat (1). Dalam pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi siswa”.
Untuk itu kita perlu melakukan Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I. Dalam rangka mengumpulkan data penulis meminta bantuan kepada teman sejawat.
Adapun langkah-langkahnya adalah: Diskusi dengan teman sejawat. Konsultasi dengan Pembimbing; Membuat lembar observasi dan menentukan cara menganalisi data. Membuat media gambar, dan Menyusun tes formatif.
Langkah-langkah perbaikan pada Siklus I yaitu: Prosedur umum, meliputi: Pra kegiatan belajar mengajar. Kegiatan awal (Apersepsi).
Kegiatan inti. Prosedur khusus, yang merupakan langkah-langkah perbaikan pembelajaran siklus I pada mata pelajaran IPA, meliputi: Secara klasikal, siswa dan guru mengadakan tanya jawab tentang sumber energi bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar, Dengan bimbingan guru siswa mengerjakan soal-soal, dan Guru dan siswa menyimpulkan materi pelajaran.
Sesuai dengan indikator keberhasilannya, maka fokus pengamatannya adalah sebagai berikut: Terjadinya peningkatan aktivitas belajar siswa, yang ditandai dengan keberanian siswa bertanya, Siswa menyebutkan berbagai macam sumber energi bunyi, dan Hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal sedikit meningkat.
Langkah-langkah pembelajaran pada siklus II, yaitu: Pra kegiatan belajar mengajar; Kegiatan awal; dan Kegiatan inti. Setelah selesai perbaikan pembelajaran pada siklus II, pada mata pelajaran IPA.
Sesuai dengan indikator keberhasilannya, maka fokus pengamatannya adalah sebagai berikut: Terjadinya peningkatan aktivitas belajar siswa; Hasil belajar siswa khususnya dalam menyebutkan contoh-contoh sumber energi bunyi meningkat. Berdasarkan pengamatan pada siklus II diperoleh hasil sebagai berikut: Penjelasan guru menjadi lebih jelas, Media pembelajaran yang ditampilkan relevan dengan model pembelajaran, dan Sistematika penyajian tersusun baik. Seperti yang diterapkan di SDN 02 Lodaya. (rn1/zal)
Guru SD Negei 02 Lodaya