
RADARSEMARANG.ID, Kegiatan pembelajaran di sekolah pada umumnya tidak terlepas dari membaca buku, mendengarkan ceramah guru kemudian mengerjakan tugas. Kegiatan yang diulang-ulang setiap harinya.
Hal tersebut tidak dapat dipungkiri juga terjadi di SDN Ngepanrejo, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang.
Kegiatan yang monoton tersebut menimbulkan kejenuhan dalam pembelajaran baik bagi peserta didik maupun guru yang masih menjadi pusat pembelajaran.

Kejenuhan dapat terlihat dari penerapan model pembelajaran yang kurang inovatif, guru yang terlalu banyak ceramah. Peserta didik pasif atau ramai sendiri, dan kualitas pembelajaran rendah.
Pendidik harus didorong mampu menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis serta melakukan inovasi dalam proses pembelajarannya (UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pasal 40 Ayat 1a).

Sesuai amanat UU Sisdiknas guru mulai menerapkan model pembelajaran yang inovatif. Model pembelajaran tersebut adalah Science, Environment, Technology, and Society (SETS) yaitu suatu model pembelajaran yang didesain secara interaktif dan berpusat pada peserta didik (student centered).
Dengan menerapkan pengambilan masalah yang timbul pada kehidupan sehari-hari untuk dibawa ke kelas kemudian dipraktikkan atau didemonstrasikan dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik lebih aktif memberikan sumbangsih pada proses pembelajaran.
Selain itu peserta didik menjadi lebih mengerti dan memahami konsep-konsep pembelajaran yang ada serta mampu berkontribusi bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.
Model pembelajaran SETS di SD pada hakikatnya akan membimbing peserta didik untuk berpikir global dan bertindak lokal maupun global dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi sehari-hari. Masalah-masalah yang berada di masyarakat dibawa ke dalam kelas untuk dicari pemecahannya menggunakan model pembelajaran SETS secara terpadu dalam hubungan timbal balik antar-elemen-elemen sains, lingkungan, teknologi, masyarakat.
Rusilowati, dkk (2012: 54) menyatakan dalam konteks pendidikan, SETS membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains (S-pertama) ke bentuk teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (S-kedua) diperlukan pemikiran tentang berbagai implikasinya pada lingkungan (E) secara fisik maupun mental.
Pada model pembelajaran SETS peserta didik akan dibawa secara aktif kedalam lima tahap. Tahap pertama yaitu invitasi yaitu undangan agar peserta didik memusatkan perhatian pada pembelajaran. Pada tahap ini guru merangsang dan menggali pendapat peserta didik dengan memberikan isu/masalah aktual yang sedang berkembang.
Tahap kedua adalah eksplorasi peserta didik mengidentifikasi daerah kritis penyelidikan. Peserta didik melalui aksi dan reaksinya sendiri berusaha memahami atau mempelajari masalah dan berupaya untuk mencari jawaban atau menguji jawaban sementara yang telah dibuat. Tahap ketiga penjelasan dan solusi peserta didik diajak untuk mengkomunikasikan gagasan yang diperoleh dari analisis informasi yang didapat.
Tahap keempat aplikasi peserta didik diajak untuk membuat suatu keputusan dengan mempertimbangkan penguasaan konsep sains dan keterampilan yang dimiliki untuk berbagi gagasan dengan lingkungan. Dalam hal ini peserta didik mengadakan aksi nyata dalam mengatasi masalah yang muncul dalam tahap invitasi. Tahap kelima adalah pemantapan konsep guru memberikan umpan balik/penguatan terhadap konsep yang diperoleh peserta didik.
Dapat disimpulkan model pembelajaran SETS membangkitkan minat dan kemampuan peserta didik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan lingkungan, teknologi serta masyarakat dengan membawa masalah dari lingkungan sekitar untuk dipecahkan bersama di kelas. Kemudian hasil penemuannya dapat dikembangkan dan dapat diterapkan kembali dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bentuk karya nyata atau teknologi maupun pemecahan permasalahan. (pm2/lis)
Guru Kelas 6 SDN Ngepanrejo, Kec. Bandongan, Kabupaten Magelang