
RADARSEMARANG.ID, MENGAJARKAN Matematika di kelas 6 Sekolah Dasar membutuhkan ketepatan cara agar konsep pembelajaran dapat diterima dan diterapkan oleh siswa. Hal ini terjadi di lingkungan tempat penulis mengajar di SDN Sojomerto 01 Kecamatan Reban, Kabupaten Batang.
Karakteristik siswa yang bervariasi menyebabkan munculnya kesulitan ketika memberikan materi Operasi Hitung Bilangan Bulat. Pada kenyataannya, materi yang semula dianggap ringan setelah diajarkan ke siswa ternyata banyak siswa belum bisa memahami konsep hitung bilangan bulat. Khususnya ketika ada operasi hitung bilangan bulat yang menghasilkan bilangan negatif.

Setelah melewati beberapa percobaan model pembelajaran yang tepat untuk menanamkan konsep hitung bilangan bulat, penulis memutuskan untuk menggunakan prinsip jual beli alasannya siswa lebih mudah menerima karena menggunakan praktik nyata sesuai teori Bruner.
Jerome S. Bruner dari Universitas Harvard menjadi sangat terkenal dalam dunia pendidikan umumnya dan pendidikan matematika khususnya. la telah menulis hasil studinya tentang “perkembangan belajar”, yang merupakan suatu cara untuk mendefinisikan belajar. Bruner menekankan bahwa setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa atau benda di dalam lingkungannya, menemukan cara untuk menyatakan kembali peristiwa atau benda tersebut di dalam pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa atau benda yang dialaminya atau dikenalnya.

Menurut Bruner, hal-hal tersebut dapat dinyatakan sebagai proses belajar yang terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu:
Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan (Enactive) Tahap pertama anak belajar konsep adalah berhubungan dengan bendabenda real atau mengalami peristiwa di dunia sekitarnya. Pada tahap ini anak masih dalam gerak reflek dan coba-coba; belum harmonis. Ia memanipulasikan, menyusun, menjejerkan, mengutak-ngatik, dan bentuk-bentuk gerak lainnya.
Tahap Ikonik Atau Tahap Gambar Bayangan (Iconic) Pada tahap ini, anak telah mengubah, menandai, dan menyimpan peristiwa atau benda dalam bentuk bayangan mental.
Tahap Simbolik (Symbolic) Pada tahap terakhir ini anak dapat mengutarakan bayangan mental tersebut dalam bentuk simbol dan bahasa. Pada tahap ini anak sudah mampu memahami simbol-simbol dan menjelaskan dengan bahasanya.
Dikutip dari laman modul matematika SD oleh Drs. H. Karso, M. M.Pd (http://repository.ut.ac.id/4026/1/PDGK4203-M1.pdf)
Saat diterapkan permainan jual beli ini, terlihat banyak siswa yang antusias ikut serta jadi pembeli dan penjual.Sebelumnya penulis membagi siswa menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri 4-5 siswa. Sebagian kelompok berperan jadi penjual dan sebagian lagi jadi pembeli.
Kelompok penjual menyediakan barang dagangan seperti buku dan alat tulis lain yang sudah diberi label harga. Kelompok pembeli menyiapkan uang mainan atau uang yang dibuat sendiri seolah-olah sebagai alat pembayaran.
Jika pembeli ingin membeli alat tulis tetapi uangnya kurang, maka artinya hasilnya negatif. Siswa yang menjadi pembeli harus menuliskan hasil transaksinya untuk dilaporkan.
Setelah praktik permainan jual beli ini dilaksanakan, hasil belajar siswa pada materi operasi hitung bilangan bulat mengalami peningkatan. Sebagian besar sudah di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
Akhirnya penulis menyimpulkan bahwa praktik transaksi jual beli ini dapat membatu siswa memahami konsep hitung bilangan bulat. Siswa juga tidak asing dengan uang sehingga pengenalan alat peraganya lebih mudah. Oleh karena itu, cara ini bisa digunakan sebagai referensi bagi sesama guru yang memiliki kesulitan dalam menanamkan konsep hitung bilangan bulat. (ra1/zal)
Guru SDN Sojomerto 01 Batang