
RADARSEMARANG.ID, Pandemi sejak 2020 berdampak pada semua sektor kehidupan dan aktivitas sosial masyarakat. Pergerakan masyarakat mulai dibatasi dan diatur dengan protokol ketat.
Kondisi tersebut menuntut berbagai langkah preventif yang harus dilakukan di semua aspek kehidupan.

Seluruh aktivitas tatap muka sempat dihentikan dan dialihkan secara online. Pemerintah pusat dan daerah mulai memberlakukan sistem kerja dari rumah, sekolah diliburkan, diganti dengan sistem belajar secara online. Hal itu juga dilakukan di SMK Negeri 1 Bawen, Kabupaten Semarang.
Pekerja seni menjadi salah satu pihak yang sangat merasakan dampak adanya Pandemi. Sebba, seluruh sektor hiburan ditutup, aktivitas berkesenian diberhentikan. Pentas kesenian ditunda.

Terlihat terhentinya pelaksanaan beberapa acara yang mengandung unsur hiburan. Seperti upacara adat, hajatan pernikahan dan khitanan.
Pementasan kesenian seperti pementasan tari untuk wisatawan, pelaksanaan festival, lomba, dan pementasan seni di sanggar juga ikut dilarang. Efeknya, berimbas perekonomian seniman dan segala yang berkaitan dengan kesenian.
Dalam kondisi sekarang, pekerja seni dituntut untuk semakin kreatif. Salah satunya dengan menggelar event kesenian secara virtual. Dengan memanfaatkan media sosial bisa membentuk jaringan masyarakat online. Layaknya masyarakat di dunia offline lengkap dengan tatanan, nilai, struktur, sampai pada realitas sosial.
Fenomena tari virtual ini dapat diartikan sebagai eksistensialisme dalam era modernitas. Apalagi di masa pandemi untuk menjaga keberlanjutan tari di tengah masyarakat.
Pada masa pandemi, seniman dan industri seni kreatif berjuang untuk tetap bertahan dengan aktivitas seni. Upaya yang dilakukan melalui perlombaan, pentas virtual, pengembangan wacana, dan diskusi jarak jauh secara virtual.
Teknologi digital menjadi pilihan utama untuk mendukung program tersebut di masa pandemi. Seniman, komunitas bahkan pemerintah berlomba menciptakan program dengan memanfaatkan kerja digital secara virtual.
Berbagai poster terbuka untuk berkarya dari rumah bermunculan sebagai upaya menghidupkan proses kreatif tari. Event tari virtual yang dikaji penulis berupa ruang perlombaan, ruang diskusi, dan ruang pertunjukan.
Selama pandemi, pertunjukan maupun diskusi tentang tari berlangsung secara virtual. Hal itu dialami penulis dan siswa SMK Negeri 1 Bawen. Seluruh aktivitas berkesenian tetap berjalan di tengah pandemi.
Pemerintah menjalin kerja sama dengan akademisi dan berbagai praktisi seni melalui berbagai komunitas dengan menyelenggarakan event tari secara virtual. Perlombaan, diskusi, dan ruang pentas yang diselenggarakan secara virtual Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Komunitas Seni Tari Indonesia, Nona Asri Indonesia Foundation (NAIF), Federation of International Dance Festivals (FIDAF), dan Mila Art Dance School. Ini merupakan respons untuk memutus mata rantai penularan Covid-19 dengan tetap berkarya dari rumah.
Masa pandemi membuat dunia tari dipaksa untuk tetap eksis dengan memanfaatkan dunia digital. Biasanya, pertunjukan tari dipentaskan secara langsung. Tetapi sekarang harus berkamuflase menjadi pertunjukan secara daring/virtual.
Seperti pentas virtual, workshop virtual, meeting virtual, dan webinar. Perkembangan teknologi memberikan peluang untuk dijadikan media publikasi karya tari. Media sosial memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dan merepresentasikan maupun bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain dengan membentuk ikatan sosial secara virtual.
Media sosial seperti Youtube, Facebook, Twitter dan Instagram dinilai mampu menjadi ruang virtual yang tepat. Untuk keberlanjutan dan eksistensi tari di tengah pandemi. Serta membangun ruang berkesenian yang lebih interaktif dan fleksibel bagi para siswa SMK Negeri 1 Bawen.
Termasuk dalam pembelajaran tari tradisional. Media sosial membuka kesempatan bagi eksistensi tari untuk menembus batas, jarak, tempat, ruang dan waktu. Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi dan media sosial, kegiatan berkesenian tetap bisa dilakukan selama pandemi.
Kesimpulannya, pandemi telah banyak mengubah kebiasaan masyarakat. Hal tersebut juga berdampak pada dunia tari, yang mengharuskan pelaku seni untuk beradaptasi dengan tetap eksis melakukan kegiatan seni secara virtual. (*/fth)
Guru Seni SMK Negeri 1 Bawen, Kabupaten Semarang