
RADARSEMARANG.ID, Permasalahan umum yang sering terjadi di sekolah-sekolah adalah rendahnya hasil belajar mata pelajaran matematika. Demikian juga di kelas VI SDN 06 Tegalsari. Apabila diadakan ulangan harian per pokok bahasan selalu saja hasil belajar mata pelajaran matematika di bawah rata-rata mata pelajaran yang lainnya.
Siswa sering kesulitan memahami pelajaran matematika. Kegagalan siswa dalam memahami materi, bisa disebabkan banyak faktor, mulai dari siswa, guru maupun materi pembelajarannya.

Sebagaimana kita ketahui perkembangan kognitif menurut Piaget (dalam Ruseffendi, 1991 :134) pada usia peserta didik Sekolah Dasar yang berkisar 6 atau 7 tahun sampai dengan 12 tahun berada pada tahap operasional konkret.
Perilaku kognitif pada tahap ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika walau masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. Padahal matematika merupakan ilmu deduktif dan abstrak sehingga terdapat kesenjangan dalam pembelajaran.

Pada pembelajaran matematika, terutama tentang penyelesaian soal cerita pada Kompetensi Dasar 4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian yang melibatkan bilangan bulat negatif dalam kehidupan sehari-hari bagi siswa kelas VI SDN 06 Tegalsari banyak mengalami hambatan. Sementara ini pembelajaran yang dilakukan guru selama ini secara konvensional dominan menggunakan metode ceramah.
Guru hanya memberikan contoh menyelesaikan 1 atau 2 soal cerita sebagai model menyelesaikan soal cerita matematika untuk contoh dan ditiru siswa. Tapi berdampak sesaat saja, yakni setelah beberapa saat kemudian siswa mudah lupa dengan prosedur pengerjaannya. Karena itu guru harus mengubah metode pembelajaran yang lebih baik yang bisa melibatkan semua siswa secara aktif dan menyenangkan dalam proses belajar mengajar.
Salah satu cara yang dilakukan di SDN 06 Tegalsari adalah dengan metode pembelajaran lain. Yaitu metode kerja kelompok dengan permainan kartu soal. Guru hanya berperan sebagai fasilitator, metode yang penulis gunakan yaitu metode pembelajaran dengan permainan kartu yang berisi pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal yang disusun oleh siswa sendiri atau kelompok maupun soal-soal dari guru.
Adapun langkah-langkah dalam permainan kartu soal dengan metode kerja kelompok adalah sebagai berikut: pertama, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri atas 4 sampai 5 siswa. Masing-masing kelompok membuat satu soal dalam kartu soal.
Kemudian Kartu soal yang ditulis oleh kelompok dikocok, ditukar dengan kartu soal dari kelompok lain. Setiap kelompok memecahkan soal yang telah diterima secara bersama-sama. Lalu guru memantau dan membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
Masing-masing kelompok mengoreksi jawaban dan pembahasan atas tugas kelompok didepan kelas. Bagi kelompok siswa yang mempunyai jawaban yang belum tepat akan diberi penjelasan lebih lanjut oleh guru.
Setelah pembelajaran dilaksanakan dengan metode permaianan kartu pada mata pelajaran matematika kelas VI Kompetensi Dasar 4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian yang melibatkan bilangan bulat negatif dalam kehidupan sehari-hari membuat siswa SDN 06 Tegalsari, Kecamatan Ampelgading nilainya menjadi lebih meningkat. Siswa menjadi lebih aktif dan bersemangat.
Terbukti nilai ulangan yang tadinya tuntas hanya 15 siswa (41,66 %) sekarang menjadi 32 siswa yang tuntas atau mencapai 88,88 %. Walaupun pada pelaksanaannya kelas menjadi gaduh tapi siswa menjadi aktif dan senang. Tidak tertekan dan merasa seperti sedang bermain. (ra1/lis)
Guru Kelas VI SDN 06 Tegalsari, Kec. Ampelgading, Kabupaten Pemalang.