
RADARSEMARANG.ID, Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebagai bahasa kedua pada praktiknya tidak sepenuhnya berjalan lancar.
Hal tersebut tampak dalam pembelajaran Komptensi Dasar (KD) 4.12 tentang penulisan surat resmi pada kelas 7. Terbukti, campur kode antara bahasa Jawa dan Indonesia, interferensi unsur bahasa, runyamnya pemakaian kata baku dan tidak, dan lainnya masih sering terjadi.

Masalah lainnya yang sering terjadi dalam pembelajaran materi ini adalah banyak siswa yang ”gagal fokus” dalam berkorespondensi surat resmi. Seperti surat balasan siswa tidak menjawab isi surat awal, permohonan, pemberitahuan, permintaan, dan lain-lain alias tidak kohesif dan koherensif.
Paling tidak itulah yang terjadi pada pembelajaran surat resmi di SMPN 2 Sawangan. Lebih dari 40 persen siswa cenderung membuat surat resmi yang tidak standar dari sisi isi, bahasa, tanda baca, dan lainnya.

Hal tersebut senada dengan pendapat Soewandi (1995: 32) yang mengatakan bahwa dalam masyarakat bilingual, pertemuan antara bahasa yang satu dengan lainnya tidak mungkin dihindari. Akibatnya, disamping memang ada dalam proses perkembangan dan pembelajaran, banyak dijumpai kesalahan dalam pemakaiannya.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, Bahasa Indonesia Ragam Baku (BIRB) dituntut dalam berbagai keterampilan berbahasa seperti materi menulis teks pidato resmi, menulis karya ilmiah sederhana, menulis surat resmi,dan lain-lainnya. Subagyo (1993:1) memaknai BIRB adalah bahasa yang dipakai dalam situasi resmi dalam persoalan kedinasan dan keilmuan.
Untuk mengatasi masalah tersebut solusi yang dipakai berdasarkan pengalaman penulis adalah dengan metode komparasi substitusi atau perbandingan pengganti. Metode komparasi menurut Kagan seperti dikutip Widaryanto dkk (2003: 20) dimaknai sebagai serangkaian aktivitas pembelajaran yang diorganisasikan sedemikian rupa. Sehingga pembelajaran difokuskan pada pertukaran informasi secara terstruktur antarpembelajar atau guru.
Cara tersebut mirip dengan teknik salah benar menurut Suyato (2010: 70). Setelah teknik komparasi dilakukan, dilanjutkan dengan teknik substitusi. Yakni hasil pembelajaran siswa yang telah dibandingkan kemudian dikembalikan kepada siswa untuk diketahui kesalahannya. Selanjutnya diganti disesuaikan dengan ketepatan penggunaan kaidah, aturan, norma yang berlaku sesuai ucapan-tulisan, ejaan, kosakata, frasa, kalimat, isi dan wacana, serta situasi penggunaannya.
Pada era pandemi Covid-19 seperti sekarang, ketika siswa dan guru tidak bisa bertatap muka, maka guru bisa memilih aplikasi peer deck. Peer deck merupakan aplikasi pengembangan dari google slide. Dengan peer deck guru bisa melakukan pembelajaran interaktif dua arah sebagai presentator dengan siswa sebagai peserta.
Langkah pembelajaran dengan metode pembanding pengganti berbantukan aplikasi peer deck ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: Pertama pasang aplikasi peer deck yang ada dalam google slide sebagai piranti utama. Kedua, pilih beberapa template yang ada sesuai keinginan. Masukkan materi, tugas, atau penilaian tentang (surat resmi) dalam aplikasi peer deck termasuk cara anak belajar atau berlatih seperti bentuk pilihan ganda, esai, atau memindah/menandai tanda dan sebagainya.
Ketiga, masukkan contoh surat resmi, dan pilih fitur ABC agar siswa bisa membalas surat secara langsung. Keempat, perintahkan siswa untuk membaca, memahami, menangkap pesan dan isi utama surat, kemudian menjawab pesan dengan struktur dan pola surat resmi sesuai pesan surat.
Kelima, jawaban siswa akan terlihat pada layar presentasi guru dan dapat diketahui langsung untuk ditandai kesalahannya. Keenam, berikan referensi singkat terkait jawaban siswa yang belum benar, lalu siswa dapat menggantinya. Ketujuh, berikan apresiasi dan reward terhadap balasan surat yang telah dibuat siswa dengan tepat.
Pemahaman dan penguasaan atas kompetensi ini dibutuhkan siswa pada masa yang akan datang. Pembelajaran surat dengan metode komparasi substitusi dipandang efektif untuk membelajarkan materi ini. Berbantukan aplikasi pear deck pada aplikasi google slide dapat lebih menyenangkan apalagi pada masa pandemi karena pembelajaran jarak jauh masih berlangsung. (pm2/lis)
Guru Bahasa Indonesia, SMPN 2 Sawangan, Kabupaten Magelang