25 C
Semarang
Senin, 27 Maret 2023

Edukasi Menstruasi, Upaya Menyiapkan Siswa Memasuki Masa Pubertas

Oleh Ika Rusy Listiyoningrum, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID, Masa pubertas merupakan masa peralihan dari fase anak-anak menuju fase remaja. Masa peralihan ini biasanya akan menimbulkan bermacam-macam perubahan baik secara fisik maupun biologis siswa. Perubahan secara cepat ini tidak pelak membuat siswa yang belum siap akan merasa kaget dengan perubahan tersebut. Sehingga, bisa saja menyebabkan siswa tidak nyaman, tidak percaya diri bahkan mungkin malu dalam menghadapi perubahan ini.

Perubahan pada siswa perempuan biasanya memiliki dampak yang lebih kompleks dibandingkan siswa laki-laki. Jika siswa laki-laki perubahan hanya terjadi pada bentuk badan dan suaranya saja, tidak demikian dengan siswa perempuan. Mereka akan mengalami perubahan yang cukup mencolok pada bentuk tubuh, selain itu juga mereka akan mengalami menstruasi kadang menjadi momok menakutkan bagi siswa perempuan. Belum lagi jika saat menstruasi, siswa mengalami gangguan fisik seperti sakit perut dan pusing, yang menyebabkan menjadi malas berangkat sekolah.

Baca juga:  Optimalisasi Facebook untuk Layanan Bimbingan Konseling

Perubahan-perubahan yang dialami tersebut, dapat menimbulkan tindakan bullying yang dilakukan oleh teman laki-lakinya, jika tidak ada upaya preventif dalam menghadapinya. Untuk itu, dalam membangun kesiapan tersebut diperlukan kegiatan untuk menyiapkan mental siswa perempuan dalam menghadapi menstruasi dan menyiapkan lingkungan yang mendukung perempuan. Adanya layanan informasi untuk mengedukasi siswa tentang menstruasi sangat diperlukan, tidak hanya bagi siswa perempuan tapi juga untuk siswa laki-laki.

Layanan informasi dalam bimbingan dan konseling merupakan layanan bantuan yang berisi informasi tentang banyak tema yang menjadi kebutuhan siswa. Pemberian layanan ini bisa digunakan sebagai tindakan preventif maupun kuratif dan biasanya dilakukan secara klasikal dengan berbagai metode penyampaian materi.

Melalui layanan informasi inilah, penulis sebagai guru bimbingan dan konseling memberikan edukasi tentang menstruasi bagi semua siswa. Mulai dari gejala PMS (Pre Menstrual Syndrom) yang sering muncul dan bagaimana mengatasinya, perubahan fisik yang akan dialami setelah menstruasi, membahas tentang sanitasi dan kebersihan diri, serta bagaimana menggunakan, membersihkan dan membuang pembalut. Hal-hal tersebut mungkin terlihat sepele, namun ternyata di lapangan masih ada siswa yang belum tau tentang hal tersebut. Dalam layanan tersebut, siswa laki-laki juga diberikan edukasi bahwa menstruasi pada perempuan merupakan hal yang wajar dan pasti terjadi. Sehingga ketika menemui hal tersebut mereka tidak perlu mengolok-olok atau candaan tentang hal itu.

Baca juga:  Meningkatkan Kebiasaan Belajar dengan Layanan BK Teknik Diskusi

Di SMP Negeri 1 Tulis, kabupaten Batang, penulis melakukan edukasi menstruasi ini tidak hanya melalui layanan informasi saja tetapi juga bekerjasama dengan pihak UKS. Melalui kerjasama inilah fasilitas layanan kesehatan terhadap siswa yang sedang menstruasi disediakan. Untuk mendukung kenyamanan siswa saat menstruasi, pihak UKS menyediakan pembalut cadangan, obat pereda nyeri dan peminjaman rok ganti bagi siswa yang membutuhkan. Dan semua diberikan secara gratis. Dengan dukungan fasilitas fisik maupun psikis di sekolah, diharapkan siswa perempuan akan merasa nyaman berasa di sekolah meskipun sedang menstruasi.

Baca juga:  Layanan Konseling Individu Dapat Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik

Setelah mengupayakan edukasi menstruasi sejak tahun 2017, kegiatan ini menunjukkan hasil yang cukup signifikan. Kesadaran siswa laki-laki dalam berempati terhadap siswa perempuan semakin baik. Hal itu ditunjukkan dengan menurunkannya perilaku mengolok-olok terhadap siswa perempuan jika diketahui sedang menstruasi. Angka ketidakhadiran siswa disebabkan awal menstruasi juga sangat jarang.

Dalam brosur yang diterbitkan UNFPA, Dr. Sandeep Nanwani. MMSC menyebutkan bahwa dari hasil penelitian GEAS menunjukkan bahwa 63,8% dari anak laki-laki melaporkan bahwa mereka merasa puas dengan tubuh mereka, dibandingkan 47,5% anak perempuan. Jika siswa merasa nyaman berada di sekolah maka kegiatan pembelajaran akan berjalan lancar dan siswa termotivasi untuk berprestasi. (bk1/ton)

Guru Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 1 Tulis, Kabupaten Batang


Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya