27 C
Semarang
Minggu, 2 April 2023

Karakter Distangwab Siswa di Era Belajar Online

Oleh: Niniet Herdhian Apriliani, S.Psi.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sering disebut belajar online memicu banyak polemik di kalangan masyarakat dan pendidik. Salah satunya adalah ketidaksiapan orang tua menjadi guru bagi anaknya. Banyak orang tua mengeluh pada pihak sekolah tentang banyaknya hambatan yang dihadapi selama belajar online, antara lain: gaya hidup siswa yang berubah, orang tua yang kesulitan memonitor anaknya belajar di rumah karena harus bekerja, banyaknya tugas dari guru yang tidak terselesaikan karena orang tua maupun siswa kurang paham dengan tugas yang diberikan dan lain sebagainya.

Perilaku maladaptive ditunjukkan oleh sebagian siswa SMP Negeri 15 selama belajar online, diantaranya karakter ‘Distangwab’ yang selama ini ditanamkan dan dilaksanakan sebagai pembiasaan sehari-hari di sekolah, yaitu karakter disiplin dan tanggung jawab mulai mengalami penurunan. Dikutip dari website dosen.pendidikan.co.id, 1 Oktober 2021, disiplin adalah hal yang dapat dilatih.

Pelatihan disiplin diharapkan dapat menumbuhkan kendali diri, karakter atau keteraturan dan efisiensi. Disiplin berhubungan dengan pengendalian diri supaya dapat membedakan mana hal yang benar dan salah sehingga dalam jangka panjang diharapkan bisa menumbuhkan perilaku tanggung jawab.

Baca juga:  Peran Guru BK di Era Pandemi

Orang tua konsultasi pada pihak sekolah terkait dengan perubahan sikap disiplin dan tanggung jawab siswa selama belajar online. Para siswa yang biasa bangun pagi saat masuk sekolah berubah menjadi bangun siang karena tidur larut malam bahkan menjelang dini hari. Materi dan tugas yang diberikan oleh guru melalui Google Classroom hanya dilihat dan tidak segera dikerjakan tetapi hanya mengisi link presensi online kemudian kembali tidur atau melaksanakan aktivitas lainnya.

Banyaknya tagihan tugas dan ulangan harian yang belum dikerjakan sesuai waktu yang ditentukan (hal ini bisa dimonitor guru melalui Google Classroom dan link ulangan harian). Sejauh ini, banyak orang tua yang tidak bisa fokus mengawasi anaknya. Menurut mereka, siswa setiap hari memegang HP dari bangun tidur sampai larut malam dengan menjadikan tugas online sebagai alasan padahal mabar (main bareng) game online dengan teman-temannya. Kebiasaan-kebiasaan baru yang menyenangkan bagi siswa ini berlanjut terus-menerus sampai akhirnya merasa berada di zona nyaman sehingga mengakibatkan terbengkalainya tugas-tugas dari guru.

Baca juga:  Kiat Sukses Memilih PTN/PTS Melalui Bimbingan Konseling

Guru berkolaborasi dengan orang tua siswa melalui WA pribadi atau grup, telepon, bahkan memanggil orang tua dan siswa ke sekolah terkait hal tersebut. Para guru melalui wali kelas, guru BK maupun langsung pada siswa bersangkutan tidak putus asa mengingatkan untuk mengerjakan tugas-tugas dan ulangan yang diberikan dengan baik.

Respon siswa bermacam-macam pada saat dihubungi guru via WA atau telepon. Ada siswa yang hanya membaca WA dari guru tanpa membalas, tidak mengangkat telpon kemudian WA untuk bertanya ada apa menelepon, ada yang menjawab WA atau telepon dari guru kemudian bersedia mengerjakan tugas tetapi tidak ada buktinya namun banyak juga siswa yang mau merespon secara positif dan langsung mengirimkan tagihan tugas. Karakter distangwab di era belajar online ini tampaknya benar-benar memprihatinkan.

Baca juga:  Biblioterapi Tumbuhkan Motivasi Belajar dan Budaya Literasi Siswa

Sikap siswa pada orang tua dan guru yang cenderung menunjukkan penolakan untuk melaksanakan tanggung jawab secara disiplin menurun drastis. Pendidikan karakter yang sudah menjadi pembiasaan selama sekolah seakan tidak berkesan. Terasa sekali pendidikan karakter secara online tidak memiliki dampak positif yang signifikan karena situasi dan kondisi pandemi mampu merubah banyak hal.

Menurunnya kasus Covid-19 ini membuat pemerintah kota berani mengeluarkan kebijakan Pembelajaran Tatap Muka terbatas, yaitu 2-4 hari dalam 1 minggu dengan jumlah rombel 50 %. Pembelajaran Tatap Muka (PTM) mulai gencar dilaksanakan pada jenjang SD sampai SMA. PTM yang dilakukan bukannya tanpa syarat tetapi sekolah yang siap melaksanakan PTM harus bisa memenuhi syarat terkait protokol kesehatan pada pelaku PTM. (pr1/ton)

Guru BK SMP Negeri 15 Surakarta


Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya