
RADARSEMARANG.ID, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) mengizinkan 63 persen sekolah yang berada di daerah PPKM level 1, 2, 3 memulai pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas yang nantinya akan dilakukan serentak secara bertahap.
Banyak latar belakang pelaksanaan PTM ini, salah satunya adalah jumlah penderita Covid usia anak hanya 12,6 persen dari total penderita. Vaksinasi tenaga pendidik sudah di atas 80 persen dan utamanya karena dampak negatif psikologi yang terlampau lama yang pada akhirnya menurunkan kualitas pendidikan nasional.

Demikian halnya di SMA Negeri 1 Paninggaran, simulasi PTM terbatas dilaksanakan pada tanggal 8-21 September 2021.
Ada banyak persiapan, diawali dengan menyediakan sarana dan prasarana prokes yang ketat dan lengkap, vaksinasi bagi guru dan siswa, edaran surat izin ke ortu/wali, menyiapkan ventilasi, jarak, durasi maupun standar perilaku setiap unsur yang terlibat, dll. Dan tentu saja hal ini membuat kepala sekolah dan guru berpikir keras apa yang harus dilakukan agar layanan pendidikan tetap berjalan dengan baik.

Selama simulasi jumlah siswa yang datang terbatas, setiap kelas hanya diisi separo siswa, jam belajarpun dibatasi hanya 2 jam setiap hari.
Selain mengajar PTM, guru juga mengajar PJJ bagi mereka yang di rumah, sehingga seringkali terjadi “tabrakan” jam mengajar. Dengan kondisi seperti ini, guru harus mencari model pembelajaran yang efektif dan efisien. Salah satu model yang bisa digunakan untuk situasi sepeti ini adalah flipped classroom (pembelajaran terbalik).
Menurut Bergman dan Sams (dalam Basal 2015 : 28) flipped classroom adalah kelas yang dibalik, yang secara tradisional dilakukan di kelas, sekarang dilakukan di rumah. Dan yang secara tradisional dilakukan sebagai pekerjaan rumah, sekarang diselesaikan di kelas.
Flipped classroom adalah model pembelajaran yang siswa sebelum belajar di kelas, mempelajari materi terlebih dahulu di rumah. Guru bisa membuat materi dalam bentuk video/voice note untuk diajarkan kepada siswa baik yang ikut PTM maupun PJJ. Dengan demikian keduanya dapat dilaksanakan secara serentak dan tidak mengganggu satu sama lain.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : pertama, sebelum dilaksanakan pembelajaran, siswa belajar mandiri di rumah mengenai materi pertemuan berikutnya yang ditugaskan guru.
Kedua, saat PTM di sekolah siswa mengerjakan tugas yang berkaitan dengan materi yang dipelajari di rumah. Ketiga, siswa melakukan diskusi, guru memfasilitasi jalannya diskusi. Dan keempat, pada akhir materi guru memberikan kuis sebagai alat ukur pemahaman siswa. Demikian juga dengan mereka yang mengikuti PJJ, materi dalam bentuk video/voice note tadi dapat disampaikan ke siswa melalui GCR/WAG kelas, kemudian siswa dapat mengerjakan dan mengumpulkan tugasnya di GCR/WA kembali.
Banyak kelebihan dari model ini, siswa menjadi lebih mandiri karena mereka mempelajari materi terlebih dahulu sebelum ada pembelajaran di kelas. Siswa dapat mengulang-ulang materi hingga benar-benar paham. Kemudian siswa dapat mencari informasi dari manapun yang mendukung materi tersebut. Dan efisien, karena siswa diminta untuk mempelajari materi di rumah dan pada saat di kelas, siswa dapat lebih memfokuskan kepada kesulitannya dalam memahami materi maupun dalam menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan materi tersebut.
Model ini sangat cocok untuk mengoptimalkan waktu di kelas yang terbatas dan juga akan melatih siswa untuk mengelola waktu dengan baik. Guru pun lebih mudah memberikan materi pembelajaran di dua situasi sekaligus, yaitu pada PTM dan PJJ. (ips2/lis)
Guru PPKn SMAN 1 Paninggaran