
RADARSEMARANG.ID, KARAKTERISTIK mata pelajaran (mapel) geografi sebagaimana yang tersirat dalam rambu-rambu kurikulum 2004. Antara lain memperhatikan aspek keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Dalam pembelajaran geografi, lapangan merupakan sumber materi dan sekaligus media belajar langsung. Lapangan dan dunia nyata menjadi kendala dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ). Untuk memecahkan permasalahan tersebut, pembelajaran geografi di SMAN 1 Jetis menggunakan pendekatan konstektual (CTL).
Pembelajaran kontekstual menurut Nanik Rubiyanto (2010:72), konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang dipelajari siswa dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini diungkapkan oleh Kemendikbud melalui direktorat PSMP (2008:161) mendefinisikan pembelajaran kontekstual sebagai suatu proses pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna materi pembelajaran dengan mengkaitkannya pada kehidupan sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural). Siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari suatu permasalahan/konteks ke permasalahan lain.

Dalam PJJ ini, guru geografi berusaha menerapkan metode tersebut agar pembelajaran anak lebih bermakna tidak hanya hafalan saja. Semua elemen dikemas dan dikelola oleh guru menjadi suasana yang menyenangkan, menggairahkan, dan memberikan motivasi tinggi bagi siswa dalam belajar.
Contextual Teaching and Learning (CTL) didasarkan empat pilar pendidikan yang dicanangkan Unesco, 1) Learning to do, maksudnya pembelajaran diupayakan untuk memberdayakan peserta didik agar mau/bersedia dan mampu memperkaya pengalaman belajarnya. 2) Learning to know, yaitu proses pembelajaran yang didesain dengan cara mengintensifkan interaksi dengan lingkungan baik lingkungan fisik, sosial dan budaya sehingga peserta didik mampu membangun pemahaman dan terhadap dunia di sekitarnya. 3) Learning to be, yaitu yang diharapkan siswa mampu membangun pengetahuan dan kepercayaan dirinya.

Memang sulit menerapkan metode CTL dalam PJJ, tetapi penulis berusaha menerapkan metode tersebut sedemikian rupa walau tidak persis ketika pembelajaran dalam tatap muka.
Adapun langkah-langkah penerapan pembelajaran CTL sebagai berikut, pertama, guru menyusun perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan perangkat pembelajaran antara lain, Program Tahunan (PROTA), Program Semester (PROMES), Silabus, Rencana Pembelajaran, Buku Siswa serta Instrumen Evaluasi, yang mengacu pada format pembelajaran kontekstual di masa pandemi Covid-19. Kedua, guru melaksanakan proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara PJJ karena di masa pandemi, dengan menggunakan berbagai media pembelajaran yang efektif dan menggunakan strategi pengajaran yang berasosiasi dengan pendekatan kontekstual. Kegiatan belajar mengajar kini dapat dilakukan dengan pembelajaran online dengan didukung penggunaan learning management system (LMS). LMS digunakan oleh guru dan siswa sebagai media self-service dan self-guided secara cepat dan akurat tak terbatas ruang dan waktu. Ketiga, adalah evaluasi pembelajaran kegiatan evaluasi dalam pembelajaran kontekstual mengacu pada prinsip penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). Kegiatan evaluasi dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran, dengan menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber yang mengukur semua aspek pembelajaran, yaitu proses, kinerja, dan produk.
Dengan pembelajaran CTL di masa pandemi Covid-19 dengan berbasis internet yang dilaksanakan di kelas X IPS di SMAN 1 Jetis, Bantul, ternyata menjadikan peserta didik antusias dalam belajar geografi karena mendorong rasa ingin tahunya untuk menjelajah dunia mempelajari keaneka ragaman bentang alam di dunia dengan segala proses terjadinya. Jadi pendekatan CTL sangat cocok untuk belajar mata pelajaran geografi yang merupakan ilmu dengan basic keruangan dan kewilayah. (gb/ida)
Guru Geografi SMAN 1 Jetis, Kabupaten Bantul.