RADARSEMARANG.ID, MATERI Cacat Mata terdapat pada mata pelajaran IPA kelas 8 bab 11 tentang Cahaya dan Alat Optik. Materi ini seringkali membuat peserta didik sulit memahami konsep dengan benar. Di SMP Negeri 1 Patean dikategorikan sebagai materi sulit sehingga perlu kreasi dan inovasi. Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan hambatan-hambatan dalam mencapai pemahaman sebuah konsep. Hambatan-hambatan ini disadari dan mungkin tidak disadari oleh orang-orang yang mengalaminya, dan dapat bersifat sosiologis, psikologis, ataupun fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya (Drs H Mulyadi, 2010:6).
Menurut Dr Nana Sudjana dalam buku dasar-dasar belajar mengajar (2014:147), strategi mengajar merupakan tindakan nyata dari guru dalam melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu, yang dinilai lebih efektif dan efisien. Oleh sebab itu, penulis menyajikan tulisan dengan judul di atas, yang didapatkan dari pengalaman dalam pembelajaran.
Dejaminmicek merupakan belajar Cacat Mata dengan singkatan yang dapat mempengaruhi peserta didik sehingga konsepnya dapat terpatri, teringat dengan benar karena mengalaminya sendiri yang dilakukan secara berkelompok. De kepanjangan dari depan artinya bayangan mata terletak di depan retina, ja merupakan jauh yang bermakna cacat mata rabun jauh, min merupakan negative (dapat ditolong dengan kacamata negative), mi (miopi), cek adalah cekung. Jadi Dejaminmicek adalah gambaran sinar cacat mata, apabila bayangan mata berada di depan retina. Maka yang terjadi, rabun jauh dan harus ditolong dengan kacamata minus/negatif agar mata menjadi normal, dan cacat mata tersebut miopi dengan kacamata berlensa cekung.
Pada langkah pembelajarannya, pertama, peserta didik melihat tayangan video tentang mata dan cacat mata secara bersama di kelas. Kedua, guru menjelaskan tentang apa yang akan dilakukan yaitu permainan secara bersama di luar kelas dan membentuk kelompok yang terdiri atas putera dan puteri. Ini menentukan siapa yang menjadi lensa (4 orang), iris (2 orang), pupil (1 orang), retina (1 orang), dan kaca mata (2 orang). Sedangkan yang tidak ditunjuk akan berperan sebagai mata dan sinar.
Ketiga, guru memberikan perintah dengan mengatakan “mata normal,” maka peserta didik melaksanakan dengan membentuk formasi sesuai perannya masing-masing tanpa kaca mata sehingga arah sinar bertemu/bayangan tepat di retina. Putera sebagai mata dan siswa puteri berjajar sebagai sinar. Setelah dilakukan dengan benar, guru memberi kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi. Selanjutnya guru mengatakan “Rabun Dekat,” maka peserta didik bergerak membentuk formasi yang sesuai, sehingga bayangan benda di belakang retina. Kemudian yang berperan sebagai kacamata menempatkan berada di depan lensa mata, sedangkan siswa puteri bergerak sehingga bayangan tepat di retina. Kembali guru memberi kesempatan untuk berdiskusi, menganalisa dan bertanya. Apabila guru memberikan instruksi “Rabun Jauh” maka segera melakukan kegiatan yang dimaksud, yakni siswa puteri sebagai sinar membentuk bayangan mengerucut di depan retina, memperkenankan siswa sebagai kacamata masuk di depan lensa yang mengakibatkan siswa puteri bertemu di retina. Penempatan kacamata boleh dipasang berulang-ulang, sehingga terlihat siswa puteri bergerak-gerak memposisikan diri. Pada akhir permainan, bersama-sama mengucapkan Dejaminmicek untuk menyemangati. Pada akhir pertemuan, peserta didik menggambar sesuai cacat mata dan membuat suatu kesimpulan.
Hasilnya, belajar Cacat Mata peserta didik SMPN 1 Patean mudah dalam memahami konsep, lebih menyenangkan, bergembira, antusias, serta selalu teringat saat melakukannya sendiri. Siswa juga mampu bekerjasama, dapat mengekspresikan diri serta tidak membosankan. (ti1/ida)
Guru IPA SMPN 1 Patean, Kabupaten Kendal
