
RADARSEMARANG.ID, Salah satu kompetensi dasar (KD) yang harus dicapai oleh siswa kelas III dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2013 ) SD adalah menyatakan suatu bilangan sebagai jumlah, selisih, hasil kali, atau hasil bagi dua bilangan cacah.
Dari kompetensi dasar tersebut indikator yang akan dicapai adalah mengetahui suatu bilangan sebagai jumlah bilangan cacah. Kemampuan menyatakan suatu bilangan sebagai jumlah, selisih, hasil kali, atau hasil bagi dua bilangan cacah takarannya sangat tinggi bagi siswa kelas III MI Walisongo Bugangan mengalami penurunan hasil belajar. Untuk itu, perlu banyak berlatih secara sungguh-sungguh, dan dilakukan secara rutin.

Sebenarnya pembelajaran matematika dapat diajarkan melalui melihat, mendengar, membaca, mengikuti perintah, mengimitasi, mempraktekan, dan menyelesaikan latihan. Perlu diingat, bahwa itu semua mengundang peran-serta guru yang seimbang dalam membimbing dan mengarahkannya. Pengalaman akan benda-benda kongkrit yang dimiliki anak sangat membantu dalam mendasari pemahaman konsep-konsep yang abstrak.
Guru harus terampil membangun jembatan penghubung antara pengalaman kongkrit dengan konsep-konsep matematika. Oleh karena itu peranan media pembelajaran, terutama alat peraga, memiliki peranan yang penting untuk kegiatan pembelajaran matematika di sekolah dasar.

Dan untuk mempermudah proses pembelajaran atau mempermudah menyampaikan materi penulis harus menggunakan metode Jarimatika. Metode Jarimatika adalah cara berhitung matematika dengan menggunakan jari-jari tangan. Operasi berhitung matematika tersebut yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Metode ini dikembangkan oleh salah satu anak bangsa bernama Septi Peni Wulandari di tahun 2004an. Dimana logika penghitungan jarimatika mirip dengan logika penggunaan sempoa khas China zaman persilatan.
Langkah-langkah menghitung jarimatika sebagai berikut : satu, tekankan pada anak dan selalu ingatkan bahwa belajar matematika itu mudah dan menyenangkan. Kedua, ajarkan anak dalam mengerjakan matematika/hitungan angka dengan logika, bukan dengan menghitung. Ketiga, ajarkan angka satu sampai sepuluh dengan menggunakan hitungan jari, dan ajarkan anak untuk mengingat posisi jari pada angka tersebut. Misalnya tujuh adalah dengan membuka kelima jari tangan kiri dan dua (jempol dan ibu jari) tangan kanan, dst.
Ketiga, ajarkan anak menghitung dimulai dari penjumlahan angka yang menghasilkan nilai lima. Keempat, ajarkan anak menghitung penjumlahan yang menghasilkan angka sepuluh. Misalnya, satu ditambah sembilan sama dengan sepuluh. Kelima, setelah anak mengingat pasangan angka penjumlahan yang menghasilkan lima dan sepuluh ajarkan nilai tempat atau angka yang dimulai dengan satuan, puluhan, ratusan, dst. Ini sangat penting. Keenam, setelah mengerti nilai tempat atau angka puluhan, ajarkan penjumlah angka dimulai dari sepuluh tambah satu, dst. Ketujuh, lalu ajarkan penjumlahan bilangan lain yang menghasilkan angka lebih dari sepuluh dengan bermain di angka puluhan.
Dengan metode pembelajaran ini, peserta didik MI Walisongo Bugangan, kelas III semakin bersemangat belajar matematika karena pembelajarannya lebih asyik, menyenangkan dan edukatif. (fbs2/lis)
Guru Kelas III MI Walisongo Bugangan, Kec. Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan