RADARSEMARANG.ID, TIDAK dapat dipungkiri, pembelajaran jarak jauh (PJJ) menimbulkan banyak permasalahan. Target pencapaian kurikulum yang padat menjadi sangat dilematis bagi guru. Satu sisi guru berusaha memahami kondisi siswa dan orang tua, di sisi lain guru memiliki tanggung jawab ketercapaian kompetensi yang harus dimiliki peserta didik. Kebijakan akan kelonggaran pencapaian target kurikulum tetap menjadi ganjalan bagi guru, termasuk guru bahasa Inggris SMP/M.Ts. Salah satunya apabila di kemudian hari assessment untuk peserta didik mencakup pencapaian kompetensi secara utuh seperti yang termuat dalam Permendikbud nomor 37 tahun 2018 tentang KI-KD.
Dikeluarkannya regulasi tentang penyederhanaan kompetensi dasar yang tertuang dalam keputusan kepala badan penelitian dan pengembangan dan perbukuan nomor 018/h/kr/2020 tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar pelajaran pada kurikulum 2013, memberikan jawaban dari apa yang dirasakan guru. Namun, muncul persoalan baru karena KD dalam mata pelajaran bahasa Inggris yang sebelumnya sangat padat mengalami banyak pengurangan yang benar-benar berisi materi esensial. Pertanyaan dari banyak guru bahasa Inggris SMP di Kabupaten Pekalongan adalah bagaimana mengembangkan kompetensi dasar yang jumlahnya sangat sedikit dalam waktu satu tahun pelajaran (2 semester).
Menurut pedoman mata pelajaran bahasa Inggris kurikulum 2013, ruang lingkup materi pelajaran bahasa Inggris SMP/MTs antara lain teks-teks pendek dan sederhana dalam wacana interpersonal, transaksional, fungsional dan fungsional khusus. Dari keempat teks tersebut, yang paling banyak membutuhkan bekal awal untuk menguasainya adalah teks fungsional dalam bentuk descriptive, recount, procedure, report, dan narrative. Ada tiga aspek untuk menguasai teks-teks tersebut, yaitu fungsi sosial (social function), struktur teks (generic structure), dan unsur kebahasaan (language features). Dari beberapa KD yang dihilangkan dan pendekatan pembelajaran bahasa berbasis teks, maka siswa dianjurkan memahami unsur-unsur kebahasaan yang menunjang penguasaan teks. Unsur kebahasaan tersebut di antaranya penanda wacana, kosa kata, tata bahasa, dan pengucapan yang diajarkan secara terpisah di setiap pertemuannya seperti yang telah dilakukan di tempat penulis, SMP Negeri 1 Wonopringgo Kabupaten Pekalongan.
Asumsi yang digunakan dalam perencanaan PJJ adalah jumlah pertemuan per semester sebanyak 17 pertemuan (1x seminggu) termasuk tes sumatif. Untuk kelas VII, teks fungsionalnya adalah teks descriptive. Language features yang dapat dikembangkan antara lain kosa kata terkait ciri-ciri orang, binatang, benda, pronoun, nominal and verbal sentence (simple present) dengan alokasi waktu 10 pertemuan. Untuk kelas VIII, pengembangan teks recount meliputi regular verb, irregular verb, simple past, adverb of time, temporal conjunction dengan jumlah 14 pertemuan. Sedangkan untuk kelas IX, ada tiga macam teks yaitu procedure, report dan narrative. Untuk teks procedure meliputi penguasaan kosa kata terkait material/bahan makanan/minuman, verba kegiatan membuat makanan/minuman, kalimat imperative, temporal conjunction, dan adverb of manner dengan jumlah 10-12 pertemuan. Untuk teks narrative mengembangkan vocab terkait cerita, temporal conjunction, direct and indirect sentence dengan jumlah 7-8 pertemuan. Untuk teks report pengembangannya vocab terkait hewan, tumbuhan, fenomena alam, passive voice, elliptic sentence, comparison berjumlah 9-10 pertemuan.
Dengan pengembangan materi pada unsur kebahasaan atau language features teks fungsional, maka guru tidak perlu tergesa-gesa menyelesaikan materi untuk KD tersebut. Selain itu, siswa dapat menguasai KD yang dipelajari dengan baik. (bp2/ida)
Guru Bahasa Inggris SMPN 1 Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan
