
RADARSEMARANG.ID, Seringkali kita mendengar keluhan siswa bahwa susah sekali belajar bahasa Inggris. Selain pengucapannya yang berbeda dari bahasa sehari-hari, tulisannya pun kadangkala membuat pusing kepala. Terlebih lagi ketika di bangku sekolah para guru mengajarkan bahasa Inggris dengan cara yang membosankan atau tidak disenangi siswa maka belajar bahasa menjadi malapetaka.
Keadaan seperti tersebut di atas juga terjadi di SMP Negeri 3 Kandangserang. Hal ini dapat dipastikan, ketika para pembelajar mengikuti mata pelajaran Bahasa Inggris gairah belajar mereka kurang. Hal seperti itu dapat dilihat dari aktivitas mereka seperti: mengantuk, asyik dengan dirinya sendiri, bermain pulpen, atau membersihkan kuku-kuku mereka serta bercanda dengan teman sebangku bahkan sampai ada yang membuat gaduh seisi kelas dengan ulah-ulah mereka.

Mengacu pada apa yang dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk menerapkan model pembelajaran inquiry dapat meningkatan ketertarikan dan keaktifan guna meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Kandangserang. Untuk mengetahui seberapa tinggi ketertarikan dan keaktifan peserta didik dalam peningkatan hasil belajar bahasa inggris siswa akan terjadi setelah diterapkan model pembelajaran inquiry dalam pembelajaran.
Model pembelajaran inquiry merupakan salah satu model pembelajaran yang berperan penting dalam membangun paradigma pembalajaran yang menekankan pada keaktifan belajar siswa. Menurut Jauhar (2011), inquiry berasal dari kata to inquiry yang berarti ikut serta atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi dan melakukan penyelidikan. Inquiry juga dapat diartikan sebagai suatu proses bertanya dan mencari tahu jawaban yang dipertanyakan. Pembelajaran inquiry bertujuan memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual dan keterampilan proses sains siswa.

Sutikno. (2014: 83) mengemukakan langkah-langkah model pembelajar inquiry terbimbing sebagai berikut: Pertama, orientasi, merupakan langkah untuk membuat peserta didik menjadi peka terhadap masalah dan dapat merumuskan masalah yang menjadi fokus penelitian. Kedua, rumusan hipotesis, digunakan sebagai pembimbing atau pedoman di dalam melakukan penelitian. Ketiga, definisi, merupakan penjelasan dan pendefinisian istilah yang ada di dalam hipotesis. Keempat, eksplorasi, dilakukan dalam rangka menguji hipotesis dalam kerangka validasi dan pengujian konsistensi internal sebagai dasar proses pengujian. Kelima, pembuktian, dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang bersangkut paut dengan esensi hipotesis. Keenam, perumusan generalisasi, yaitu menyusun pernyataan yang benar-benar terbaik dalam pemecahan masalah.
Dengan digunakannya model pembelajaran inquiry tersebut pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Kandangserang diharapkan dapat meningkatkan partisipasi serta keaktifan yang tentunya dengan pembimbingan oleh guru, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian keharmonisan siswa dan guru dapat tercipta sehingga belajar Bahasa Inggris bukan merupakan momok yang harus dibenci dan ditakuti siswa, tetapi merupakan pelajaran yang menyenangkan dan dapat dijadikan modal untuk mereka tumbuh dan berkembang untuk menyongsong kehidupan masa depan mereka dengan memiliki skill berbahasa Inggris. (fbs1/ton)
Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 3 Kandangserang, Kab. Pekalongan