
RADARSEMARANG.ID, BEGITU banyak kebutuhan remaja yang seringkali diabaikan, dianggap tidak perlu diperhatikan. Padahal sebenarnya mereka sangat membutuhkan hal tersebut. Misalnya kebutuhan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas, merupakan hal yang melekat dalam tumbuh kembang remaja. Kesehatan reproduksi dan seksualitas merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan remaja. Sebab, dari anak-anak kemudian tumbuh menjadi remaja, mereka mengalami banyak perubahan fisik yang terkait dengan organ reproduksinya.
Peran orang tua dan lingkungan sangat dibutuhkan oleh remaja. Dukungan positif yang dapat mendorong mereka menemukan karakter pribadi yang baik menjadi utama. Sebagai guru BK, dengan kesadaran tersebut, maka penulis tertarik untuk terlibat aktif memberikan edukasi tentang perlunya informasi kesehatan reproduksi dan seksualitas secara komprehensif bagi remaja. Khususnya siswa asuh di SMPN 22 Semarang. Oleh karena itu, penulis menyambut positif kerjasama yang ditawarkan oleh PKBI Jawa Tengah untuk terlibat mengimplementasikan modul Setara di sekolah.

Sesungguhnya sudah cukup banyak informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas yang dapat diperoleh remaja dewasa ini, baik melalui media cetak maupun elektronik. Namun demikian, remaja tetap membutuhkan pendampingan yang intensif agar tidak salah menangkap informasi yang diperoleh. Di samping itu, penguatan dari keluarga maupun lingkungan tentang informasi yang benar dan menyeluruh juga sangat dibutuhkan oleh remaja. Dengan kondisi usia belia yang belum mampu sepenuhnya bertanggung jawab dengan dirinya, maka peran orang tua, guru maupun lingkungan dalam memberikan bimbingan yang baik.
Melalui implementasi modul Setara, banyak hal positif yang bisa diperoleh siswa maupun guru. Mengapa demikian? Karena di dalam modul Setara ini, informasi kesehatan reproduksi dikemas dalam berbagai bentuk aktivitas yang menyenangkan, baik itu melalui game atau permainan, diskusi maupun proyek. Bagi siswa, pengalaman bekerjasama dan saling menghargai serta dorongan untuk berpikir kreatif, membawa dampak yang cukup bagus. Siswa yang semula canggung bergaul atau sekedar menyapa teman di kelas, setelah mengikuti kegiatan implementasi dengan metode aktif learning, menjadi lebih terbuka dan dan lebih percaya diri. Sedangkan bagi guru, pengalaman dalam pelatihan yang membekali guru dengan berbagai model teknis fasilitasi, mendorong guru untuk lebih kreatif dalam menyajikan pembelajaran. Kondisi ini memudahkan guru untuk berinteraksi lebih dekat dengan siswa, sehingga siswa merasa lebih nyaman dalam berkomunikasi untuk menyampaikan berbagai problematikanya selama menjalani masa pubertas.
Dengan model aktivitas yang disajikan dalam modul, memudahkan siswa memahami setiap perubahan dalam dirinya baik fisik maupun psikis dan emosi, sehingga meminimalisir munculnya masalah yang mengganggu perkembangannya di masa remaja. Di samping itu, produk yang dihasilkan dari aktivitas tersebut mendorong siswa lebih kreatif dan aktif yang turut membantu menggali potensi dirinya dengan cara-cara sederhana tapi mengena. Aktivitas yang dikemas ceria juga menjadikan implementasi modul Setara lebih mudah diterima siswa dan membuat siswa bersemangat mengikuti kegiatannya. (ips1/ida)

Guru BK SMPN 22 Semarang