RADARSEMARANG.ID, Semarang – Implikasi dari SE Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 membuat sekolah melakukan pembelajaran daring dari rumah masing- masing. Selama pandemi Covid-19 ini, pendidikan yang efektif membutuhkan kolaborasi antara guru, siswa, dan orang tua siswa. Selain itu, dibutuhkan inovasi dari para guru dalam pembelajaran online.
Menurut Dr Eko Purwanti MPd, ketua salah satu tim Pengabdian Masyarakat Universitas Negeri Semarang (Unnes), guru dalam tugasnya tidak hanya memiliki kewajiban mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih, namun juga melaksanakan tugas administrasi kelas.
Hanya saja, guru kerap mengalami beberapa kendala dalam melaksanakan tugas administrasi kelas. Salah satunya dalam menganalisis asesmen hasil belajar yang tidak sempat dilakukan secara manual mengingat keterbatasan waktu dan tenaga.
“Asesmen hasil belajar atau ulangan menjadi sesuatu hal yang menakutkan bagi siswa. Karena itu, perlu adanya upaya dan inovasi untuk mengubah stigma negatif siswa terhadap ulangan,” paparnya kepada Jawa Pos Radar Semarang.
Dikatakan, analisis evaluasi hasil belajar memiliki peranan penting dalam pembelajaran dan harus dikembangkan agar memiliki efektivitas yang tinggi. Eko Purwanti menawarkan inovasi analisis asesmen hasil belajar berbasis teknologi informasi (TI). Yakni, menggunakan aplikasi Plickers.
Dijelaskan, aplikasi Plickers merupakan solusi mengatasi asesmen di era pandemi, karena tetap mengedepankan social distancing. Disamping itu, kata dia, hasil belajar siswa dapat diukur secara otentik tanpa ada campur tangan orang tua dalam mengerjakan soal.
“Dengan adanya pengembangan ini, guru akan merasa sangat terbantu, karena pada Plickers setiap siswa memiliki barcode masing- masing, sehingga meminimalkan kecurangan,” katanya.
Ditambahkan, setelah melaksanakan asesmen hasil belajar berbasis Plickers, skor siswa akan langsung tampak pada LCD. Analisis personal dan klasikal siswa juga dapat langsung terlihat pada layar monitor melalui scoresheet, sehingga guru dapat dengan mudah menganalisis asesmen hasil belajar siswanya.
Menurut Eko Purwanti, meski kegiatan pengabdian masyarakat itu dilakukan secara daring, namun telah membawa kontribusi besar bagi guru- guru, khususnya di SD Negeri Ngaliyan 01 Semarang. Sehingga mereka dapat menjadi kader atau pionir untuk sekolah imbas agar dapat melaksanakan inovasi asesmen dengan aplikasi Plickers. “Konten kegiatan sangat efektif dan efisien,” katanya.
Dalam pengabdian masyarakat itu, guru diberikan pelatihan, pendampingan, dan proyek mandiri berupa simulasi penggunaan Plickers. Sebagai output kegiatan, guru yang berhasil menyelesaikan tugas akan mendapatkan sertifikat keikutsertaan pelatihan yang setara dengan pola 36 JP dari Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Unnes. “Sertifikat ini akan berguna untuk penilaian angka kredit Pengembangan Diri pada saat kenaikan pangkat,” ujarnya. (bis/aro/bas)