27 C
Semarang
Minggu, 2 April 2023

Berusaha Selesaikan Sengketa Tanah dan Genangan di Kelurahan Karangroto

Artikel Lain

RADARSEMARANG.ID, Semarang – Pemerintah Kelurahan Karangroto, Kecamatan Genuk menggandeng perusahaan sekitar untuk menyerap tenaga kerja dari masyarakat wilayah Karangroto. Warga diajak untuk tidak berpangku tangan dan hanya berharap bantuan dari pemerintah. Genangan air dan sengketa tanah tak bisa diabaikan begitu saja.

Lurah Karangroto Waluyo Budi Utomo, usai menjabat sebagai lurah pada 26 Oktober 2021, ia berusaha mendengarkan keluhan masyarakat. Permasalahan yang paling utama di Karangroto adalah genangan dan sengketa tanah.

Sengketa tanah ini berawal dari era 1990an ketika ada pemindahan warga di pinggiran Kali Baru dan Tambaklorok di wilayah tersebut. Mereka menempati tanah eks bengkok. Kalau yang resmi, mereka dipindah ke tempat tersebut berdasarkan bersurat gubernur. Tapi sekarang mereka kesulitan mengurus surat kepemilikan tanah. “Jadi mereka dulunya numpang,” katanya.

Genangan air juga jadi masalah yang butuh penyelesaian. Terutama saluran di depan kantor kelurahan dan sepanjang sungai.

Waluyo menemukan pembuangan ke wilayah Karangroto semua ke arah jalan Ratan Cilik. Bahkan, elevasi tanah di Ratan cilik ke arah Banjardowo lebih tinggi daripada di daerah Karangroto. Sehingga, air tidak bisa mengalir.

Ia mengajak warga untuk membuat solusi sementara, yakni tali-tali air. Tahun depan pihaknya ingin membuat sodetan baru di dua tempat, yakni di RW 9 dan di RW 4. Karena jarak dari lokasi tersebut ke sungai hanya 100 meter. Di 150 meter pertama sudah ada saluran sekitar 50 centimeter yang membelok. “Dari sini ke kali itu putus,” katanya.

Padahal, dulunya ada saluran sekitar 30 centimeter, namun rusak karena sedimentasi. “Rencananya tahun depan akan dinormalisasi,” jelasnya.

Genangan kedua berada di depan toko roti Ciko, sekitar 300 meter dari kantor kelurahan. Bahkan bertahun-tahun menggenang terus tidak ada solusi. Waluyo memiliki solusi awal yakni membuat sodetan baru yang masuk ke kali. “Itu dua langkah pertama saya jadi lurah” katanya.

Selain itu, langkah ketiga yakni membuat rumah pompa. Karena tidak bisa dianggarkan secara mandiri, pihaknya akan menggandeng CSR untuk membuat rumah pompa kecil di sebelah lapangan untuk di buang ke sungai. Karena selama ini daerah Karangroto dan Banjardowo masih bergantung pada rumah pompa yang berada di Banjardowo. “Jika sudah selesai jantung saluran air, maka bisa ditata saluran-saluran kecil,” ungkapnya.

Dalam upaya mengurangi pengangguran, Waluyo ingin menggandeng perusahaan-perusahaan untuk merekrut tena kerja dari penduduk sekitar. “Minimal 30 persen warga lokal,” katanya.

Selain itu, tenaga kerja lokal juga disalurkan pada proyek insfrastruktur yang dilakukan oleh rekanan. Setiap proyek minimal 3 warga Karangroto bisa bekerja di proyek tersebut.

Sementara terkait pendekatan vaksinasi dilakukan Kelurahan Karangroto melalui ibu-ibu. Yakni kader PKK, FKK, LPMK, Karang Taruna lewat grup WA. Sehingga banyak warga yang melakukan vaksinasi hingga kekurangan kuota. (fgr/ton)


Baca artikel dan berita terbaru di Google News


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya