
RADARSEMARANG.ID – Menjadi seorang advokat adalah jalan hidup yang tidak disangka-sangka bagi Kairul Anwar, SH, MH.
Sejak kecil yang ada di mindset-nya hanya kerja, kerja, dan kerja. Itu semua dilakukan untuk menyambung hidup. Maklum, keluarga Kairul bukan orang berada. Kalau sekarang banyak yang menilai bahwa seorang Kairul telah sukses dalam berkarier, itulah buah dari hasil kerja kerasnya.

Pria cerdas ini bukan asli Semarang. Ia berasal dari Tulungagung, Jawa Timur. Kairul—sapaan intimnya—pindah ke Semarang karena diboyong oleh sang ayah. “Saya pindah ke Semarang tahun 1983,” kenangnya.
Kairul lahir pada 28 November 1971. Ia anak kedua dari lima bersaudara. Lahir dari keluarga sederhana, membuat Kairul harus membiayai sendiri sekolahnya. Mulai SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. “Awal pindah ke Semarang, kami tinggal ‘untel-untelan’ di rumah kontrakan yang hanya ada dua kamar,” ucap Kairul saat ditemui jurnalis Jawa Pos Radar Semarang di kantor firma hukumnya di Jatingaleh.

Saat duduk di bangku SMP, Kairul jualan makanan ringan produksi sendiri. Hal yang sama dilakukan pada saat SMA. “Biasanya saya keliling jualan di sekitar wilayah Karangrejo dan Jatingaleh,” tutur pria berkaca mata itu. Usaha makanan ringan yang dirintis bersama keluarganya, menjadi cikal bakal berdirinya perusahaan makanan PT Pandowo Utomo Food (Kacang Atom Gajah) yang saat ini terus berkembang. Karena itu, Kairul bercerita, sejak kecil tidak ada sedikit pun terlintas di pikirannya menjadi advokat. Cita-citanya justru menjadi dokter.
Cita-cita itu juga yang membuatnya memutuskan kuliah di Akademi Analis Kesehatan Semarang, selepas SMA. “Namun karena keterbatasan biaya dan kuliahnya tidak bisa disambi kerja, akhirnya hanya bertahan setengah semester,” bebernya.
Dari situlah sebenarnya awal dirinya ‘terjebak’ di dunia hukum. Setelah memutuskan tidak melanjutkan kuliah di Akademi Analis Kesehatan, Kairul memutuskan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Semarang (USM) pada 1994. Ia lulus 1999. “Jadi kenapa saya pilih kuliah hukum, karena waktu itu kuliah harus membiayai sendiri, maka solusinya ya kuliah sambil kerja. Dan, yang bisa disambi ya kuliah di Fakultas Hukum,” bebernya.
Berjalannya waktu, Kairul mengakui masa-masa kuliah semakin membentuk karakternya. Hingga akhirnya, sebelum lulus, dia sudah diminta untuk magang di salah satu kantor advokat di Kota Semarang. “Saya bergabung di kantor itu sekitar dua tahun dari belum lulus sampai sudah lulus. Dan, harus diakui, pengalaman itu cukup membentuk karakter saya sampai saat ini.”
Selama magang di kantor advokat, Kairul mendapatkan pengalaman pertama menangani perkara. Kala itu, pria yang juga Komisaris PSIS Semarang tersebut menangani perkara kecelakaan di Boyolali.
“Waktu itu saya naik angkot ke Boyolali. Pengalaman pertama pasti nervous, takut salah statement karena ini menyangkut nasib seseorang. Makanya itu, pentingnya kita harus menguasai materi sebelum berangkat ke persidangan,” tegas Kairul.
Selepas magang, pada 2003, Kairul mendirikan firma hukum sendiri.
Berjalannya waktu, berbagai kasus besar ia tangani. Termasuk, salah satu kasus yang menyita perhatian publik saat itu, pernikahan siri Syekh Puji.
“Kasus Syekh Puji cukup menarik bagi saya, karena dari banyak sisi bisa dilakukan kajian. Selain itu juga betul-betul membentuk saya menjadi fighter, karena harus berani tegas berkata iya dan tidak,” kata pemilik Kantor Advokat dan Kurator Anwar, Agoeng & Associates itu.
Selain itu, Kairul juga mengaku punya ketertarikan menangani perkara tindak pidana korupsi (Tipikor). “Perkara Tipikor menarik dan bagus untuk keilmuan, karena harus betul-betul menguasai materi. Tapi, yang jelas, ketika menangani kasus apapun, harus menjiwai meskipun tidak boleh terbawa arus karena nanti bisa jadi tidak independen,” terangnya.
Namun, lebih dari itu, Kairul mengaku selalu memegang prinsip yang ditanamkan oleh almarhum ayahnya sejak kecil yang hingga kini menjadi pegangan hidupnya. Termasuk, saat menggeluti dunia hukum lebih dari dua dekade.
“Sejak kecil saya didoktrin almarhum bapak. Beliau selalu mengatakan: ‘kamu kalau mempunyai perasaan malu dalam bekerja jangan pernah berharap berhasil. Prinsip itu yang membuat saya percaya diri dan sampai sekarang saya terapkan ke anak-anak,” bebernya.
Di tengah kesibukannya beracara dan mengurus klub sepakbola, Kairul berusaha konsisten meluangkan waktunya bersama keluarga. “Sabtu dan Minggu, hari keluarga tidak boleh diganggu gugat. Kecuali hal-hal yang bersifat emergency yang mengharuskan saya turun tangan,” ucap bapak tiga anak itu.
Tak kalah penting, ia juga tetap memantau perkembangan anak-anaknya di segala hal. “Kalau anak-anak, sejak SMP atau SMA sudah harus punya pendapat dan mulai menentukan langkah. Paling tidak punya gambaran untuk masa depannya.”
Suami dari Dian Ria Susanti itu juga masih menyempatkan diri menggeluti hobinya. “Saya masih rutin main bulutangkis. Dan baru-baru ini juga menggeluti hobi lama, naik gunung. Ya untuk refresh saja,” tutupnya. (bas/isk)